Jumat, 25 Desember 2015

Memek Mak Acah Pembantuku

Ini adalah ceritaku saat pertama kali mengenal sex dan berhubungan dengan wanita, kebetulan wanita tersebut berusia jauh lebih tua dari usiaku bahkan dari usia ibuku. Karena pengalaman pertama kali mendapat kenikmatan hubungan seksual dengan wanita berumur telah membentuk aku menjadi laki-laki yang Oedipus complex atau menyukai wanita yang berusia jauh diatas aku. Kisah selengkapnya berikut ini….
Saat itu aku berusia sekitar 14-15 tahun dan duduk di bangku SMP di akhir dekade 80’an (ah jadi ketauan kalau aku sekarang udah tuir), o iya perkenalkan namaku Anto (samaran) tinggal di komplek perumahan di pinggiran Jakarta. Aku adalah anak tunggal, sedangkan kedua orang tuaku bekerja di Jakarta.

MAK ACAH
Sehari-hari aku ditemani tukang cuci atau pembantu yang pulang hari bernama Mak Acah berperawakan tinggi semampai sepasang buah dadanya pun besar dan terlihat masih montok.
Kutaksir usianya sekitar 59-60an, seorang janda yang memiliki satu orang anak perempuan bernama mpok Marni yang juga sudah memiliki anak perempuan yang usianya dua tahun diatas aku dari perkawinannya dengan bang Uci sopir Bajaj di Tenabang. Berawal dari kebiasaan menonton film porno sepulang di rumah sahabatku Panji membuat aku seringkali menuntaskan dengan beronani sesampainya dirumah. Siang itu sepulang sekolah dan menonton film porno aku tergesa-gesa pulang ke rumah dengan maksud hendak segera menuntaskan hasrat seksualku dengan onani. Kudapati mak Acah sedang mencuci baju kami di kamar mandi (kebetulan kami hanya memiliki satu kamar mandi). Aku merasa tidak sabar jika harus menunggu mak Acah selesai mencuci, maka aku pura-pura mau buang air supaya mak Acah keluar dahulu dari kamar mandi. Akupun segera menuntaskan hasratku dengan onani sambil melihat kartu remi bergambar wanita telanjang, setelah hajatku tuntas mak Acah kembali masuk ke kamar mandi untuk menyelesaikan mencuci baju. Aku sedang mendengarkan radio saat mak Acah masuk ke kamarku lalu duduk di tempat tidurku sambil berkata
MA:“Anto kamu tadi ngocok di kamar mandi ya ?”. Aku kaget dan malu mendapat petanyaan yang tiba-tiba seperti itu.Aku: ..eng.. iya mak, kok emak tau ? (sambil mukaku merah karena malu).MA: iya orang pejuh kamu tadi masih licin di kamar mandi. Mak perahatiin kamu kalau pulang sekolah mesti neloco, ngga bagus tau…. Bisa ngerusk mata kamu.Aku: masa sih mak ? (penuh rasa ingin tahu dan ketakutan).  MA: ngeloco itu ngeluarin pejuh yang dipaksa’in, pas kamu keluar pasti kamu merem. Itu yang bikin nanti mata kamu rusak. (..waduh bener juga nih dalam hati, padahal itu cuma tipu2 dia aja…).  Aku: masa sih mak ?  MA: masa, masa, kalo dibilangin (dengan logat betawi kentalnya), kalo mau ngeluarin pejuh entu kudu bari megang atawa ngeliat punyanya perempuan To…., sini emak ajarin kamu….
(sambil nyuruh aku duduk di tempat tidur). Aku hanya pasrah karena malu, takut dan rasa ingin tahu campur aduk jadi satu. Setelah aku duduk dan membuka celana pendek biruku, mak Acah menyodorkan teteknya yang besar kemukaku sambil tangannya mengelus-ngelus si otong.  
MA: ..pegang…., terus isep tetek emak, nih pegang juga memek emak ya.
Akupun menuruti perintahnya dengan hati girang karena baru kali itu melihat dan meraba langsung organ intim wanita. Dalam hitungan detik si otong yang belum lama baru lemes sudah tegang lagi saking senengnya.
"Iyaa… maenin pentil emak pake lidah kamu, terus colok-colok memek emak…" katanya.
Sekitar 3 menit memainkan memek dan teteknya, Mak Acah menyuruh aku tiduran.  
MA: kamu tiduran deh punya kamu udah keras banget, emak ajarin cara yang bener ngeluarin pejuhnya..
Akupun menuruti saja apa yang diperintahkannya sambil tidak lama mak Acah menduduki kemaluan dengan terlebih dahulu memasukan kemaluan remajaku yang tidak seberapa besar (maklum, saat itu aku masih ABG).
Rasanya nikmat bagai di awang-awang, jauh lebih licin dan hangat ketimbang kalau aku onani dengan menggunakan sabun. Sekitar sepuluh kali mak Acah naik turun diatas kontolku, kontolkupun muntah. Maklum saja ini adalah pengalaman pertamaku. Mak Acah segera mengelap kontolku dari sisa lendir sperma yang bercampur cairan kemauannya dengan celana dalam yang rupanya sudah sedari tadi dikantungi di saku daster lusuhnya.
“Enak kan ?” ujarnya.
"Iya mak", jawabku.
Besok-besok lagi kalau kamu pengen mending ngomong aja sama emak, biar emak bantuin ya…
Aku pun mengangguk sambil bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dari lendir yang masih terasa lengket di sekitar kemaluannku.
Beres menuntaskan hasrat, aku tertidur karena lemas akibat dua kali mengeluarkan sperma dalam waktu tidak lebih dari setengah jam.
Ada perasaan lega, puas dan penyesalan yang amat sangat karena aku sadar telah melakukan perbuatan tersebut.
Mak Acah melanjutkan membereskan rumah dan memasak untuk makan malam keluarga kami.
Esoknya, sepulang sekolah sengaja aku tidak mampir untuk menonton film porno di rumah Panji.
Pikirku aku tidak mau mengulangi pebuatan dosa yang teramat besar seperti hari kemarinnya.
Di rumah aku melihat Mak Acah sedang memcuci baju, sedangkan aku segera tidur setelah sebelumya makan dan mengganti baju putihku dengan kaus.
Hari ini tidak terjadi apa-apa, syukurlah dalam hatiku. Hari berikutnya (kebetulan hari Jum’at), aku tidak dapat menghilangkan keinginank untuk bisa berhubungan kembali dengan Mak Acah.
Di sekolahpun sulit sekali aku berkonsentrasi dari membayangkan tetek besar mak Acah dan memek tuanya yang rimbun. Aku berniat ingin segera tiba di rumah. Segera setelah jam belajar berakhir aku pulang dan kudapati rumahku masih terkunci. Memang biasanya Mak Acah datang ke rumahku sekitar pukul satu siang. Aku urung masuk tapi berbalik ke rumah Mak Acah yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari kediamanku dengan alasan pinjam kunci, aku bilang kunciku lupa tertinggal di dalam rumah. Setelah aku bicara setengah berbisik rupanya Mak Acah mengerti kalau aku sedang kebelet ingin berhubungan badan, sambil memberikan kunci rumah yang biasa dipegangnya,
dia bilang: “ ya udah nih kucinya emak juga sebentar lagi ke sono, nyelesein goreng kerupuk dulu ya…”. Aku menanti dengan gelisah kedatangan Mak Acah. Tak lama berselang Mak Acahpun datang sambil tak lupa menguci pintu depan rumah kami.
"Udah ngebet ya To ?" tanyanya, aku mengiyakan sambil menarik mak Acah ke dalam kamar.
Hari ini penampilan Mak Acah tidak seperti biasanya, ada harum deodoran murahan di tubuhnya. Setelah aku periksa, BH dan celana dalamnyapun tidak lagi lusuh dan dekil seperti kemarin. Akupun semakin terangsang untuk segera membuka BH dan menyusu di teteknya yang besar.
"Sekarang jangan keburu-buru kaya kemaren To" ujarnya.
Aku mengangguk sekedar mengiyakan sambil tanganku sibuk ngobel-ngobel memeknya yang masih terbungkus CD.
"Hari ini emak mau ngajarin yang laen, kontol kamu pernah diisep ngga?" Tanya mak Acah.
"Kayak di filem Be-Ef ya Mak ?" kataku balik bertanya.
Mak Acah tidak menjawab, namun tangannya sibuk membuka baju seragamku hingga aku bugil.
Sesaat kemudian kurasakan kontolku yang memang sudah ngaceng sedari tadi dihisap dan dikulum oleh bibirnya. Sensasinya jauh lebih nikmat ketimbang hari kemarin, aku hanya dapat mematung merasakan permainan lidah dan bibirnya yang menghisap kemaluanku. Tak berapa lama spermaku keluar diiringi desahan nikmat dari bibirku. Mak Acah dengan telaten terus menghisap dan menjilat helm nazi si otong. Air maniku memenuhi rongga mulutnya, sebagian mungkin tertelan dan sebagian lagi dilapnya dengan seragam putihku yang berserakan di lantai. Akupun terduduk puas dan lemas tak terkirakan.
"Tuh kan, kamu buru-buru banget" ujarnya.
"Udah kebelet mak" jawabku sekenanya.
"Ya udah kamu ganti baju terus makan, emak mau ngerendemin baju kotor. Entar kalau kamu udah kepingin lagi baru kita ngewe pungkasnya".
Selesai makan dan istirahat sejenak di kamar rupanya si otong udah kepingin lagi, kupanggil si emak yang saat itu sedang menyapu teras depan. "Mak sini mak, udah kepingin lagi nih…ucapku,
 "Ah cucu emak, emang kamu ngga Jum’atan ?" tanyanya.
Aku menggeleng sambil menarik si emak untuk direbahkan diatas tempat tidur.
"Jangan-buru-buru To… emak juga kudu dipuasin" ujarnya.
Aku: "dipuasin bagemana mak ?" MA: "…nih emak ajarin…" Sambil meloloskan celana dalamnya dalam posisi terlentang diatas tempat tidurku.  MA: "emak tadi udah jilatinpunya kamu, sekarang giliran kamu jilatin memek emak ya…"
Berbekal pengalaman menonton BF dan arah si emak aku menuruti perintahnya. Mula-mula Cuma kupegang dan kucolok saja memek mak Acah, namun mak Acah memintaku untuk menjilati tonjolan daging kecl dan jengger ayam disekililng memeknya. Aku menurut, ada bau khas yang baru kali ini aku rasakan bercampur dengan wangi sabun mandi (rupanya si emak sudah mencuci bersih terlebih dahulu memeknya). Lama-lama aku terbiasa dengan aroma yang kucium dan terasa memek si emak makin basah oleh ludahku bercampur cairan kental khas organ intim wanita.
Aku hanya mengikuti apa yang diperintahkan si emak dengan diselingi desahan mesumnya. Kurang lebih lima menit tubuh si emak mengejang sambil tengannya mendekap kepalaku agar tetap menempel di memeknya. Rupanya si emak sudah orgasme, saat itu aku belum mengerti.
Sejurus kemudian emak meraih kontolku yang sudah mulai mengeras kembali.
Dengan telaten dia menciumi dan mengulum kontolku hingga betul-betul terasa keras.
Setelah dirasa tegang, emak mengarahkan kontolku kememeknya sambil memerintahkan aku untuk bergerak maju mudur.
Nikmatnya benar-benar sensasional walau terasa betul kalau memek si emak becek oleh lendir sisa dia orgasme.
Kali ini permainanku cukup lama hingga cukup memuaskan si emak dengan kembali orgasme berbarengan dengan mucratnya lahar panas dari kontolku.
Kami menyudahi permainan ini dengan sama-sama puas, akupun tertidur setelah memakai pakaian dan mencuci kontol sebelumnya.
Sekitar pukul setengah empat aku dibangunkan oleh emak yang sudah selesai mengerjakan pekerjaan dirumahku,
"mau ngewe lagi ngga nTo ?" emak bertanya kepadaku.
Aku mengiyakan dan memulai pelajaran ngewe gaya dogy. Emak tidak mencapai orgasme, maklum aku masih cupu sehingga tidak bisa menahan nafsu.
Kata emak: "ngga apa-apa, nanti juga lama-lama aku pintar pungkasnya".
Emakpun pulang dan aku mandi dengan penuh kepuasan.
Sejak saat itu kami rutin melakukan hubungan intim.
Setidaknya seminggu empat kali kami melakukannya, kebetulan emak sudah menopause sehingga jadwal kami tidak pernah terganggu.
Tamat
09.52 | 0 komentar

Nikmatnya memek Dewi persik

Siang itu Dewi Persik harus menghadiri sidang perselisihannya dengan mantan manajer kepercayaannya Asep Komarudin. Sidang itu sendiri memakan waktu pikiran dan juga perasaan Dewi yang memang sering sekali mendapat masalah dalam kehidupannya. Sidang siang hari itu selesai sekitar 2 jam dan membuat Dewi merasa kelelahan, baik badan dan juga otaknya, bagaimana tidak Asep yang dituntut Dewi 300juta berbalik menuntut Dewi 3 triliyun atas dakwaan pencemaran nama baik. Saat perjalanan pulang pikiran Dewi bercampur aduk dan ia sekarang merasa seperti sendiri tanpa orang yang ia cintai mendukungnya. Kalau dulu ketika ia merasa capek ada Saipul Jamil yang selalu menghilangkan rasa jenuh Dewi yaitu dengan memuaskan Dewi melalui salah satu hobinya yaitu bercinta. Dewi selalu meminta Saipul melayani nafsunya yang cukup besar sampai dia benar-benar merasa puas. Tanpa disadari Dewi melamunkan semua kenangan selama ia di sisi Saipul, mulai dari permainan oral sex Saipul sampai dengan genjotan-genjotan Saipul yang cukup hebat. Sayang ketidakcocokan dalam rumah tangga menyebabkan cerai menjadi pilihan terakhir, belum lagi ditambah orientasi seks Saipul yang ternyata juga menyukai sesama jenis alias biseks. Saipul dikabarkan sering mengunjungi kost khusus pria tempat tinggal seorang pria yang digosipkan sebagai pacar gay-nya dan bermalam di sana. Berbagai masalah datang bertubi-tubi pasca perceraiannya dengan Saipul, mulai dari pelecehan seks oleh seorang fans yang memegang payudaranya, gosip-gosip miring mengenai dirinya, protes-protes dari kalangan yang merasa terusik dengan aksi panggungnya, hingga yang sekarang ini masalah dengan mantan manajernya itu. Lamunan panjang Dewi siang itu terpecahkan oleh suara sopir pribadinya yaitu Pak Abdul yang sudah dipercaya Dewi menjadi sopir pribadi Dewi selama kurang lebih 2 tahun. “mau kemana lagi non ?” tanya Pak Abdul,, “bawa saya jalan-jalan keliling Jakarta Pak saya suntuk di rumah terus lagi banyak pikiran ” kata Dewi.
“Siap non” Pak Abdul menyanggupi dan langsung tancap gas.

DEWI PERSIK

Mobil pun dibawa Pak Abdul melaju perlahan mengelilingi kota Jakarta. Selama 1 jam melaju pikiran Dewi selalu menerawang bayangan-bayangan imajinasi jorok karena memang ia merasa cukup lama tidak merasakan sentuhan laki-laki. Setelah ia bercerai ia selalu masturbasi untuk memuaskan nafsunya. Imajinasi Dewi kembali terganggu dan terpecahkan oleh suara sopir pribadinya.
“Lagi ngelamun apa Non?” tanya Pak Abdul. “kalo Non butuh tempat cerita saya siap kok barangkali saya bisa sedikit meringankan beban Non Dewi ” sambungnya
“terima kasih Pak saya memang butuh tempat bersandar”jawab Dewi “sepertinya semua orang menjauhi dan membenci saya Pak “
“Ah itu kan hanya perasaan Non Dewi..siapa sih Non yang mau jauh-jauh dari perempuan secantik dan sesexy non Dewi” kata Pak Abdul “bahkan kalo saya jadi artis dan ganteng saya pasti ndeketin non Dewi” sambungnya.
“ah Pak Abdul bisa saja, saya merasa butuh pendamping lagi Pak,,saya sudah capek sendiri terus..”jawab Dewi
“saya kan masih muda Pak jadi ya Pak Abdul kan tau gelora anak muda gimana,,ups maaf ya Pak kalo saya agak menjurus”timpal Dewi sambil tersenyum malu karena ia sadar bahwa yang diajaknya ngobrol adalah sopirnya bukan pacar atau suAminya.
“Gak apa-apa non terusin aja, gini-gini juga kan saya lebih berpengalaman dari non Dewi, barangkali saya bisa sedikit membantu, anggap saja sya seperti orang tua non sendiri, saya pasti akan jaga rahasia non Dewi”sahut Pak Abdul yang membaca bahwa ada kesempatan emas untuk bisa menelusuri lebih dalam majikannya yang cantik tersebut .

Dewi pun mengiyakan untuk terus mengeluarkan uneg-unegnya kepada lelaki yang memang usianya seperi orang tuanya itu sendiri dan Dewi tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun meneruskan ceritanya.
“bener ya Pak bisa jaga rahasia? ok deh sebenarnya saya ini sangat merindukan sentuhan laki-laki Pak karena memang sebenarnya nafsu seks saya itu besar, tapi saya belum siap untuk menikah lagi Pak karena saya masih mencintai Bang Ipul”
“lantas selama ini gimana cara non melampiaskan ..maaf nafsu non Dewi?” tanya Pak Abdul semakin berani
“ya saya masturbasi Pak..tapi itu semua gak bisa memuaskan saya Pak..bahkan sepertinya saya sudah lupa bentuk titit he..he.he..” sahut Dewi sambil bercanda, nampak ia tersenyum malu-malu mengeluarkan pengakuan tersebut.
Pak Abdul dan Dewi sama-sama diam sejenak terbawa lamunannya masing-masing dan yang pastinya sama-sama melamun jorok. Tanpa disangka ternyata Pak Abdul membayangkan bisa merasakan majikannya sampai tanpa sadar penisnya mulai membesar dan ngaceng. Perubahan penis Pak Abdul ternyata tak luput dari pandangan Dewi yang memang sedari tadi juga membayangkan permainan sex orang yang sudah berpengalaman seperti Pak Abdul.
” ya ampuuuun Pak Abdul mbayangin apa kok ampe berdiri tegak gitu” tanya Dewi
“ups maaf non saya jadi malu..saya tadi lupa gak pake sempak..trus saya membayangkan…ehm…”
“Mbayangin apa?”desak Dewi
“tapi non janji ya gak akan marah…?”jawab Pak Abdul
“iya saya janji gak akan marah..”timpal Dewi

“Sebenarnya saya mbayangin bisa bercinta dengan non Dewi…tapi itu semua jelas gak mungkin kan Non jangan marah ya…”
“Ah nggak kok…lagian wajar dong kalo laki-laki pengen ama cewek…tapi emangnya Pak Abdul masih kuat bercinta..?jangan-jangan ejakulasi dini lagi he..he..hee..”kata Dewi sambil bercanda.
Pak Abdul dengan cepat membaca kesempatan yang muncul di depannya..
“Saya masih kuat bercinta 30 menit tanpa berhenti lo Non…gak percaya?”tanya Pak Abdul
“Bisa buktiin gak’” tanya Dewi yang sudah mulai tidak sadar bahwa yang ia ajak bicara adalah sopirnya yang sudah berusia 50 tahun karena ia sudah terpengaruh oleh birahinya yang sudah naik gara-gara melamunkan bercinta..
“liat aja ini Non…” jawab Pak Abdul sambil mengeluarkan penisnya yang sudah tegak berdiri tanpa canggung pada majikannya lagi.
“Wow…besar amat Pak…itu asli kan …?” tanya Dewi kagum melihat penis Pak Abdul yang ukuranya kira-kira 17cm dengan diameter yang juga tebal dan dengan urat-urat yang menjolor kekar.
‘Coba aja non pegang kira-kira asli gak?”jawab Pak Abdul
“Boleh ni saya pegang…?”
“Silahkan tuan putri rudalku ini milikmu sekarang”jawab Pak Abdul
Tanpa rasa canggung dan malu Dewi pun memegang dan mengocok perlahan penis sopir pribadinya. Nafsunya sudah menguasai dirinya, ia lupa bahwa ia adalah artis kelas atas dan penis yang ia pegang sekarang adalah milik sopir pribadinya yang berbeda kasta dengannya
“ugghhh…”Pak Abdul melenguh panjang ketika Dewi Persik memainkan penisnya.
“non kita cari tempat sepi dulu ya takut di lihat orang”sela Pak Abdul

Dewi Persik mengangguk tanpa menjawab. Pak Abdul menghentikan mobil di tempat sepi yang memang ia sudah hapal karena sering membawa lonte langganannya ke tempat ini.
“Silahkan dilanjut tuan puteri” Pak Abdul memberi kode kepada Dewi
“Puaskanlah aku Pak aku milikmu sekarang” jawab Dewi Persik dengan suara serak-serak basah khas miliknya.
Tanpa pikir panjang Pak Abdul langsung melucuti celananya sendiri sehingga terpampang penis besarnya. Dengan otomatis Dewi langsung meraih penis tersebut dan dia berkata “Are you ready to feel heaven Pak Abdul…?. Tanpa menunggu jawaban Dewi langsung memasukan penis super itu ke mulutnya.
“Aghhh…sedot sayang ya…enh.ak..baget…” Pak Abdul merasa kelonjotan menikmati sepongan Dewi yang top abis.
Tangan Pak Abdul tak tinggal diam dia mulai meraba-raba payudara majikannya tersebut dan mulai melucuti pakaian Dewi satu persatu. Dengan tangan gemetaran Pak Abdul membuka pakaian Dewi sekaligus bh nya. Ia terkagum-kagum melihat payudara Dewi yang sintal dan padat tersebut..
“Sekarang giliran saya tuan puteri” Pak Abdul melepas sepongan Dewi dan mendorong majikannya tersebut hingga terlentang.
Dengan rakus Pak Abdul melumat payudara Dewi hingga membuatnya semakin terangsang dan kelonjotan.
“aghhh… Pak Abdul trus sayang…”Dewi melenguh
Tangan pria itu tak hanya tinggal diam, sambil melumat payudara Dewi tangannya bergerilya di balik rok penyanyi dangdut itu. Lalu ia melepaskan mulutnya dari payudara Dewi dan melucuti rok mini dan juga sekaligus celana dalam pink Dewi
.
“Ohhh…memekmu bagus dan dan masih rapih sayang” Pak Abdul terkagum-kagum melihat vagina Dewi yang ditumbuhi bulu-bulu yang cukup lebat tapi rapih.
Tanpa pikir panjang Pak Abdul langsung melumat vagina Dewi tanpa rasa jijik dan serangannya membuat wanita itu semakin kelonjotan dengan dengan permainan sopirnya tersebut.
“ohhh…trushhh…sayanggg…enakh…o hhhh…” Dewi melenguh dengan suara khasnya. Pak Abdul yang memang berpengalaman dalam urusan bercinta memainkan lidahnya dengan jitu di klitoris Dewi Persik, sedangkan jari tengahnya menerobos lubang vagina Dewi. Aroma khas vagina segera masuk ke hidung Pak Abdul yang justru membuat dia semakin bernafsu memainkan lidahnya. Sekitar 5 menit permainan lidah Pak Abdul membuat Dewi akhirnya mencapai orgasme pertamanya.
“Agh..agh.. aku keluar Pak aghhh….” lenguh Dewi panjang meresapi kenikmatan yang melanda tubuhnya.
“Masukin aja Pak saya udah gak tahan lagi “pinta Dewi Persik
“Iya sayang kamu sekarang nungging ya..”
Dewi pun menuruti Pak Abdul dan ia mengambil posisi nungging. Tampaklah disitu lubang anus Dewi yang ternyata berwarna kemerahan. Lalu Pak Abdul tanpa rasa jijik langsung menjilatinya. Setelah puas menjilati anus Dewi, Pak Abdul langsung mengarahkan rudal miliknya ke vagina majikannya itu.
”Pelan-pelan ya sayang…..”pinta Dewi tanpa malu-malu memanggil sopirnya dengan ’sayang’
“Iya sayang…”jawab Pak Abdul cengengesan
“ughhh…….gila ****** Bapak dahsyat baget..” Dewi merasakan penis Pak Abdul memenuhi vaginanya.
“memekmu juga nikmat baget…”

Perlahan Pak Abdul mulai menggenjot memek Dewi Persik yang mulai becek dengan posisi menungging.
“agh..agh..uh;;oh.. ‘Dewi merasa akan orgasme kembali
“ahhh…aku keluar sayang….ohhhh…”
Dewi orgasme untuk yang kedua kalinya dan Pak Abdul merasakan denyutan vagina Dewi seolah-olah akan memakan habis penisnya.
“Sekarang giliran aku yang mengendalikan dan menservice penismu” kata Dewi sambil merubah posisinya di atas Pak Abdul.
Tangan Dewi lalu meraih penis Pak Abdul dan mengarahkan ke vaginanya.
“aghhh…” Dewi Persik menikmati penis itu memenuhi memeknya
“Ohhh….” Pak Abdul juga merasakan seperti di surga
Dengan lincahnya Dewi lalu menggenjot penis Pak Abdul. Dia menkombinasikan genjotnya mulai dari mengebor hingga genjotan patah-patah seperti ketika menari di atas panggung. Tangan Pak Abdul juga tak tinggal diam dia meraih payudara montok yang bergoyang-goyang mengikuti goyangan Dewi. Setelah puas dengan payudara dia lalu meraih pantat Dewi yang sintal dan jarinya menyusup di lubang pantat Dewi.
“Awww….pelan-pelan dong Pak..” pinta Dewi
“Maaf sayang aku cuma pengen tanganku ada aroma pantatmu” jawab Pak Abdul
Sekitar 15 menit goyangan Dewi di atas penis Pak Abdul membuatnya mengalami orgasme ketiganya
“Aku mau keluar lagi sayang ohhhh…”
“aku juga sayang…kita keluarin bareng ya ” jawab Pak Abdul
“Ahhh…ahhh…”Dewi Persik melenguh panjang menikmati orgame ketiganya yang sangat dahsyat
“ohhhhh aku juga keluar sayang….ahhh….crot…crot..crot. . “Pak Abdul orgasme di vagina Dewi

Mereka berpelukan mesra menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, nafas mereka saling memburu hingga akhirnya mulai normal lagi.
“Bapak hebat juga yah” kata Dewi dengan lemas lalu mencium bibir sopirnya itu.
“Iya dong…Abdul!” kelakarnya, “siapa yang ga nafsu lagian sama Non Dewi yang seksi gini” ia mencubit puting Dewi dengan gemas, sejak dulu ia selalu bermimpi bisa menikmati tubuh majikannya itu bila melihat aksi panggungnya yang menggoda itu baik di TV ataupun secara live, kini impiannya itu telah menjadi kenyataan.
Pak Abdul kembali melumat bibir Dewi yang seksi, kali ini lebih lama dan lebih bergairah. Lidah mereka beradu dengan panas, saling belit dan saling hisap. Sambil berciuman, tangan kasar Pak Abdul tak henti-hentinya menjelajahi tubuh mulus Dewi. Sentuhan-sentuhan erotis Pak Abdul kembali menaikkan birahi Dewi. Dengan gaya nakal ia mendorong dada bidang pria setengah baya itu hingga telentang di jok belakang. Setelahnya ia menaiki wajah pria itu sambil tangannya memegang penis pria itu yang mulai mengeras lagi. Mereka kini dalam posisi 69.
“Jilat yah Pak….puasin Dewi….aahhh!” sebelum Dewi menyelesaikan kata-katanya lidah pria itu sudah lebih dulu menyapu bibir vaginanya.
Dewi meresponnya dengan menjilati kepala penis Pak Abdul yang seperti jamur itu. Lidahnya menjilati bagian yang disunat itu dan lubang kencingnya, aksinya itu membuat tubuh Pak Abdul bergetar dan mulutnya mengeluarkan lenguhan nikmat. Bukan hanya menjilat, jari-jari pria itu juga aktif menusuk-nusuk vagina maupun duburnya. Dewi merasakan vaginanya semakin lama semakin basah saja karena jilatan sopirnya itu. Seiring birahinya yang semakin tinggi, janda muda itu semakin bersemangat mengoral penis dalam genggamannya. Dihisapnya benda itu kuat-kuat, kepalanya nampak turun-naik, mulutnya sampai kempot menghisapi penis itu. Tangannya yang halus dan berjari lentik memijati buah pelirnya, menambah kenikmatan ekstra bagi pemiliknya.

Puas dengan saling mengoral kelamin pasangan masing-masing. Dewi turun dari wajah Pak Abdul dan naik ke selangkangan pria itu. Ia memegang penis pria itu dan mengarahkan ke vaginanya.
“Ooohh…enakh Pak!” kepalanya menengadah sambil mengeluarkan desahan menggoda saat ia menurunkan tubuhnya hingga penis itu melesak masuk ke dalam vaginanya yang sudah basah kuyup.
Kedua tangan Pak Abdul mencaplok sepasang payudara montok Dewi dan meremasinya. Sebentar kemudian, Dewi sudah mulai menaik-turunkan tubuhnya di atas penis itu. Pak Abdul melenguh merasakan bibir vagina janda muda itu mengapit penisnya dan dinding-dinding bergerinjal di dalamnya menggeseki penisnya di dalam sana. Goyangan naik-turun Dewi semakin liar dan desahannya pun semakin tak karuan. Dewi dapat melihat dari kaca jendela mobil, dari jarak tidak terlalu jauh mobil-mobil lain lalu-lalang dengan bebasnya. Ada rasa takut juga kalau kepergok seseorang sedang dalam keadaan begini, apalagi dirinya adalah public figure yang dikenal luas. Kalau ketahuan tentu infotainment akan heboh memberitakan Dewi Persik tertangkap basah sedang main mobil goyang bersama sopirnya, bagaimana bila itu terjadi? Namun bercinta dalam situasi berisiko ini juga mendatangkan kenikmatan tambahan bagi Dewi, ini adalah petualangan yang penuh tantangan di tengah kejenuhan dan berbagai permasalahan dalam hidupnya, lagipula tempat ini cukup terlindungi karena posisinya agak tinggi dan banyak pepohonan. Ia pun semakin cepat menaik-turunkan tubuhnya, desahan keduanya memenuhi mobil. Dewi mencondongkan badannya lebih ke depan sehingga payudara montoknya mendekati wajah Pak Abdul, tanpa diminta pria itu langsung melumat gunung kenyal itu. Tangannya meremasi bongkahan payudaranya dan mulutnya menggigit-gigit kecil putingnya. ‘Clep…clep…clep’ suara vagina Dewi yang becek bergesekan dengan penis besar sopirnya. Cairan kewanitaan Dewi semakin banyak sehingga penis Pak Abdul pun semakin lancar keluar masuk vaginanya.

Seperempat jam lebih Dewi menaik-turunkan tubuhnya dengan liar dalam posisi woman on top hingga akhirnya tubuhnya dirasakan makin mengejang. Gelombang kenikmatan itu menyebar ke seluruh tubuh menyebabkan tubuh sintalnya berkelejotan dan mulutnya mengeluarkan erangan panjang. Dewi merasakan betapa liang kewanitaannya menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap alat kejantanan Pak Abdul yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya. Erangan Dewi menandai orgasme dahsyat yang melandanya, ia menjerit sejadi-jadinya, tidak peduli sedang dimana ia sekarang ini, untung mobil itu tertutup rapat dari dalam sehingga suaranya tidak keluar. Namun Pak Abdul masih tetap tegar dan perkasa menyentak-nyentakkan pinggulnya di bawah sana, ia sepertinya masih belum puas menyetubuhi majikannya itu. Setelah goyangan Dewi melemah, pria itu segera mengambil alih kendali dengan berguling dan menindih tubuhnya. Diciuminya wajah dan bibir Dewi sambil terus menghela pinggulnya menyetubuhi janda muda itu. Tubuh bugil mereka yang sedang bersatu padu itu pun basah dengan keringat. Dewi sungguh mengagumi keperkasaan Pak Abdul yang mampu membuatnya mencapai orgasme dahsyat itu. Tak lama kemudian akhirnya Pak Abdull tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia melepaskan puncak orgasmenya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam rahim majikannya dalam waktu yang amat panjang. Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di liang kewanitaan Dewi sehingga seluruh cairan birahinya terhisap dalam tubuh sang janda muda sampai titik penghabisan. Selanjutnya keduanya terhempas kelelahan di jok belakang itu dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama mereka tergolek, alat kejantanan Pak Abdul masih tetap terbenam dalam vagina Dewi dan Dewi pun memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhnya. Hening, di dalam mobil hanya terdengar suara nafas mereka yang terengah-engah dan suara tiupan AC yang anginnya menerpa tubuh telanjang keduanya. Mereka bercium-ciuman sambil saling menggoda menikmati momen-momen pasca orgasme sebelum akhirnya berbenah diri.

“Pak Abdul jaga rahasia ini ya ” Dewi meminta kepada sopirnya setelah dia memakai semua pakaiannya
“tenang aja Non yang penting saya bisa begini terus sama Non sampai Non menikah nanti “jawab Pak Abdul sambil tersenyum
Setelah kembali berpakaian Pak Abdul kembali ke jok kemudi, ia menyalakan mesin dan mobil itu pun meluncur ke jalan tol. Di perjalanan, Pak Abdul dengan berani mengelus paha mulus Dewi.
“Bapak nakal ah…udah ah nanti diliat orang gimana….eemmhh!” desahnya karena tangan pria itu masuk ke roknya dan mengelusi selangkangannya dari luar celana dalam.
Wajah Dewi memerah, nafasnya ngos-ngosan ketika sampai ketika membayar karcis tol, si penjaga gerbang tol mengenali dan menyapanya. Dewi balas tersenyum dan berusaha bersikap biasa menutupi keadaannya yang masih terangsang dan nafasnya yang terengah-engah. Begitulah skandal Dewi Persik dengan sopirnya, mereka terus mereguk kenikmatan terlarang itu dimanapun dan kapanpun setiap ada kesempatan. Bahkan setelah Dewi menjalin hubungan dengan seorang pria bule asal Belanda, ia masih menyempatkan diri bermain gila dengan sopirnya itu. Berita terkini Dewi putus dengan pacar bulenya itu karena Dewi merasa pacarnya tersebut tidak bisa memuaskan hasratnya yang menggebu-gebu, dia masih kalah dengan Pak Abdul, bolehlah si bule itu dalam hal ukuran, tapi gaya percintaannya yang selalu gentle membuat Dewi cepat bosan. Ia lebih mendambakan gaya bercinta Pak Abdul yang tahu kapan harus bermain kasar dan kapan harus bermain lembut, ditambah lagi sensasi liar bercinta dengan sopirnya sendiri yang tentunya hal yang dianggap tabu. Dalam benaknya Dewi berpikir, mendingan gak usah nikah dulu biar karirnya terus menanjak lagian dia juga terpuaskan terus oleh sopir pribadinya yang berusia 50 tahun. Pak Abdul sendiri merasa semakin gembira karena berarti ia bisa menikmati tubuh majikannya lebih lama, goyang patah-patah Dewi Persik bukan hanya bisa disaksikannya di panggung dan televisi, tapi juga dirasakannya bersama di ranjang.
09.43 | 0 komentar

Kamis, 17 Desember 2015

Nikmatnya Memek Ibu Rum,Tetanggaku yg Berjilbab

Ibu-ibu genit sekarang banyak juga yang pake jilbab, jadi inget mantan temen saya ceweknya juga pake jilbab , tapi ngeseks nya jago banget, nah untuk itu saya berharap teman-teman jangan melihat simbol agama seseorang, baiknya kita menilai pribadi orang itu, berikut salah satu pribadi ibu ibu girang boleh di bilang tante girang, tapi udah agak tua atau STW, walaupun kesehariannya memakai jilbab, ternyata dia masih gak sanggup menahan birahi, Berikut ceritanya.
“Tadi malam saya lewat rumah ibu dan mendengar suara menarik jadi saya mengintip. Ternyata, saya lihat ibu sedang mencolok-colokkan pisang ke itunya ibu sambil nyetel film BF. Saya sangat terangsang.Kalau ibu setuju, daripada pakai pisang saya juga mau dan penginbegituan dengan ibu”.
Itu kalimat yang kutulis dalam HP dan siap dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor HP milik Bu Ruminah, tetanggku. Namun kendati tinggal memencet tombol agar pesan terkirim, aku sempat ragu. Jangan-jangan nanti Bu Rum (demikian Bu Ruminah biasa dipanggil) ngadu ke ibuku atau ke orang-orang tentang SMS yang kukirim, begitu aku membathin. Tapi, ah nggak mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke orang-orang. Sebab kalau dia cerita, kebiasaannya memuaskan diri dengan buah pisang kan jadi ketahuan. Begitu pikirku lagi. Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi SMS itu ke orang lain, akhirnya kutekan panel tanda OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS tersebut.

IBU RUM
Hanya dalam hitungan menit, reaksi dari SMS yang kukirim langsung kudapat. HP ku berdering dan pada layar terlihat nama Bu Rum memanggil. Tetapi aku tidak berani mengangkat karena pasti ia mengenali suaraku hingga kudiamkan saja panggilannya. Setelah beberapa kali telefonnya tidak diangkat, akhirnya sebuah SMS masuk.
“Tolong jawab. Nomor siapa ini”. Demikian bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho Bu, pisang saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu?”. Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh… jangan ngawur. Saya bukan wanita begituan dan saya kan sudah tua. Tolong kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain. Tolong banget”. Ungkapnya dalam SMS berikutnya.
Rupanya dia ketakutan kalau aku menceritakan kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat isengku makin menjadi.
“Beres Bu, Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya sangat terangsang saat melihat memek ibu dicolok buah pisang. Bahkan lebih merangsang dibanding memek wanita bule yang ada di film BF. Jadi soal saya kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho.” Kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya. Tetapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja. “Sudah ya. Saya sangat berterima kasih kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun,” ujarnya dalam SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek dan itilnya bila ia mau melayaniku. Namun Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS an dengan Bu Rum tidak berlanjut.
Bu Ruminah yang biasa disapa Bu Rum adalah tetanggaku. Rumahnya hanya terpaut tiga rumah dari rumahku. Suaminya Pak Kirno, adalah pensiunan TNI dan pernah menjadi Satpam sebuah bank serta menjabat Ketua RW sebelum terkena stroke dan mengalami kelumpuhan. Sementara Bu Rum di samping menjadi ketua kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan RW tempat tinggalku, ia yang pernah mengenyam pendidikan pesantren itu juga mengajari ibu-ibu mengaji termasuk ibuku yang menjadi teman dekat dan sekaligus muridnya. Aku yakin orang-orang tidak bakalan percaya kalau kuceritakan bahwa Bu Rum ternyata suka melampiaskan hasrat seksnya dengan menggunakan pisang. Betapa tidak, wanita berusia 53 tahun itu, penampilan kesehariannya sangat santun. Selalu berkerudung dan menutup rapat auratnya. Hingga orang tidak akan percaya tentang kebiasaannya yang nyeleneh dalam soal seks terlebih di usianya yang sudah tergolong tua.
Tetapi aku benar-benar melihat dengan mata dan kepalaku sendiri tentang apa yang dilakukan dia yaitu memuasi diri dengan buah pisang. Bahkan saat itu, terus terang aku sangat terangsang. Terlebih saat ia meremasi sendiri kedua teteknya yang gede dan melihat memeknya yang dipenuhi rambut tebal dicolok-colok dengan buah pisang. Karena selalu terbayang oleh bagian-bagian tubuhnya yang membuatku terangsang, akhirnya aku iseng mengirim SMS. Karena beberapa SMS ku yang terakhir tidak dibalasnya, aku nyaris nekad dengan mengancamnya bahwa bila ia tidak mau melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi dengan pisang itu kepada orang-orang. Hanya setelah kupikir, tindakanku itu bisa membuat dia kalap atau melapor ke polisi hingga kuurungkan niatku tersebut. Hanya aku tetap bertekad untuk mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya di tiap kesempatan. Hampir tiap hari, terkadang pagi, siang maupun malam, beberapa SMS kukirim kepadanya. Intinya mengungkapkan keinginanku untuk menjadi patner seksnya karena setelah memergoki dia main dengan pisang aku menjadi sangat terangsang dan terpaksa sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan menyetubuhinya. Tetapi ia tetap tidak mau membalasnya. Pernah beberapa kali ia mencoba menelepon tetapi aku tidak berani mengangkatnya.
Oh ya, dari perkawinannya dengan Pak Kirno, Bu Rum hanya mempunyai satu anak Mbak Lasmi. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa anak. Mbak Lasmi tinggal di tempat lain di sebuah kecamatan terpencil karena suaminya menjadi pegawai kecamatan di sana. Jadi status Bu Rum adalah nenek dari beberapa cucu. Puncak dari keisenganku mengrim SMS kepada Bu Rum terjadi ketika pengajian ibu-ibu di kampungku yang dilaksanakan secara bergiliran jatuh ke giliran ibuku. Karena acaranya berbarengan dengan halal bi halal setelah lebaran, pengajian yang diadakan di rumahku terbilang besar. Hidangan yang biasanya cuma snack kali ini dilengkapi ketupat dan opor ayam. Juga ustazahnya yang biasanya pembicara lokal, kali ini didatangkan dari luar kota.
Sejak pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga yang mempersiapkan acara tersebut termasuk Bu Rum. Adanya wanita itu di rumahku membuatku tidak berani mengirim SMS iseng padanya. Hanya secara sembunyi-sembunyi aku sering mencuri pandang menatapinya. Seperti kebiasaannya, saat itu Bu Rum memakai busana muslim dengan hiasan bordir yang apik. Yakni sebuah baju terusan warna krem yang longgar yang tidak menampakkan bentuk tubuhnya dipadu dengan celana panjang warna senada. Dengan kerudung yang tak pernah lepas menutup kepalanya, wanita bertubuh tinggi besar itu nampak anggun dan berwibawa.
Acara pengajian yang dimulai selepas ashar, baru berakhir menjelang maghrib. Sekira pukul 19.30 WIB, setelah acara beres-beres rumah selesai ibu memanggilku. “Win tolong ini diantar ke rumah Bu Rum ya.Tadi ia minta disisihkan lontong dan opornya karena katanya di rumah lagi tidak masak,” ujar ibuku.
Setelah beberapa kali berkirim SMS gelap kepadanya, sebenarnya agak grogi untuk berhadapan langsung dengan Bu Rum. Terlebih mengingat kata-kata jorok dan porno serta ajakan main seks dalam setiap SMS yang kukirim. Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak perintah ibu hingga dengan terpaksa kulaksanakannya. Dua buah rantang besar berisi lontong dan opor kubawa ke rumah Bu Rum. Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan menunggu agak lama, kulihat seseorang mengintip dari balik korden dan akhirnya membukakan pintu.Ternyata yang mengintip dan membukakan pintu adalah Bu Rum sendiri. “Ohkamu Win, ibu kira siapa. Ayo masuk,” ujarnya mempersilahkanku.
Bu Rum yang kalau berada di luar rumah berpakaian muslimah yang rapat,ternyata tidak begitu adanya kalau sedang di dalam rumah. Baju yang dipakainya hanya daster berbahan tipis dan tanpa lengan. Hingga BH hitam dan celana dalam putih yang dipakainya tampak menerawang. “Saya disuruh mengantarkan ini untuk Bu Rum,” kataku setelah berada di ruang tamu rumahnya. Tetapi Bu Rum tidak langsung menerima bingkisan makanan yang kusodorkan. Ia kembali membuka pintu dan keluar rumah. Setelah sesaat melihat sekeliling, ia kembali masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ia juga mengajakku ke dalam, ke ruang tengah rumahnya. “Taruh saja bawaannya di meja Win. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu,” katanya pelan.
Deg! Serasa berhenti detak jantungku. Pasti ia sudah tahu kalau yang berkirim SMS selama ini adalah aku, pikirku membathin. Gelisah akudibuatnya. “Duduk sini Win. Tidak ada siapa-siapa kok. Pak Kirno tadi dijemput Lasmi dan suaminya karena ia ingin banyak menghirup udara gunung yang segar. Mungkin agar bisa pulih,” ujarnya lagi.
Agak sedikit plong mendengar bahwa Pak Kirno suaminya sedang tidak dirumah. Setidaknya kalau Bu Rum marah terkait soal SMS ku itu, suaminya tidak ikut mendengarnya. Hanya aku tetap tidak bisa membuang kegelisahan yang kurasakan. Seperti pesakitan yang menunggu vonis hakim, aku hanya duduk mematung di kursi sofa di ruang tengah rumah Bu Rum. Bu Rum duduk di kursi lain yang ada, dekat tempat aku duduk. Baru kusadari, daster yang dipakainya ternyata terlalu pendek. Pahanya yang mulus terlihat terlihat terbuka. Hanya aku tetap tidak dapat menikmati pemandangan yang mengundang itu karena suasana tegang yang terjadi.
“Tadi waktu di pengajian, ibu minta ijin ke ibumu agar kamu mau mengantar ibu ke rumah Lasmi tiga hari lagi untuk menjemput Pak Kirno.Rencananya mau pinjam mobil Pak RT dan kamu yang menyetir. Ibumu setuju dan memberi nomor HP milikmu. Tapi ibu jadi kaget, sebab ternyata nomornya sama dengan nomor yang suka dipakai SMS ke ibu beberapa hari ini. Jadi kamu Win yang suka SMS ke ibu,” ujarnya tenang dan disampaikan tanpa emosi. Namun meskipun begitu, sempat kecut juga nyaliku.
“Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata.
“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain. Ibu pasti sangat malu. Terima kasih banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-orang,”.
Ah ternyata ia tidak marah soal itu. Aku jadi merasa plong. Bahkan dengan terbuka, Bu Rum akhirnya bercerita soal kenapa ia terpaksa menggunakan pisang untuk memuaskan dorongan seksnya. Diceritakannya, meski sudah tergolong berumur namun kebutuhan biologisnya belum padam benar. Padahal sudah lama Pak Kirno tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai suami. Bahkan jauh sebelum terkena stroke. Makanya setiap keinginan untuk itu datang ia selalu berusaha memuaskan sendiri termasuk menggunakan pisang.
“Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Rum lagi.
“Tidak Bu, saya janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.
Mungkin saking senangnya rahasianya soal ngeseks dengan pisang tidak akan terbongkar ia langsung berpindah duduk menjejeriku di sofa yang kududuki. Digenggam dan diguncang-guncangkannya tanganku.
“Terima kasih win, ibu sangat berterima kasih,” kata Bu Rum.
Beban yang semula seolah menghimpit dadaku langsung sirna melihat sikap Bu Rum. Hanya kembali aku sulit menjawab ketika ia menanyakan perihal kata-kata dalam beberapa SMS yang kukirimkan.
“Kalau ibu boleh tahu, sebenarnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali aku terbata.
“Tidak apa-apa Win, jawab saja yang jujur. Ibu cuma ingin tahu,”
“Saya mengirim SMS itu karena sangat terangsang setelah melihat ibu,” kataku akhirnya.
Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan. Namun sebuah senyuman terlihat mengembang di wajahnya hingga aku tidak takut lagi.
“Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan dengan ibu?”
“Eee… maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia,” jawabku mantap.
Mendengar jawabanku Bu Rum langsung meraih dan mendekapku. Dalam kehangatan dekapannya, wajahku tepat berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam. Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar. Diperlakukan seperti itu kontolku jadi langsung bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai.
Sesaat setelah Bu Rum melepaskan pelukan pada tubuhku, kulihat gaya duduknya makin sembrono. Kedua kakinya terbuka lebar hingga pahanya yang membulat besar terlihat sampai ke pangkalnya. Bahkan kulihat sesuatu yang membukit dan terbungkus celana dalam warna hitam. Aku tak berkedip menatapinya. Untuk ukuran wanita seusia dirinya, kaki dan bagian paha Bu Rum masih terhitung mulus. Memang ada lipatan-lipatan lemak dan kerutan mendekati ke pangkal paha. Tetapi tidak mengurangi hasratku untuk menatapi bagian yang merangsang itu termasuk ke bagian membukit yang tertutup celana dalam warna krem. Jembut di memeknya itu pasti sangat lebat karena banyak yang tidak tertampung celana dalam yang menutupinya hingga terlihat banyak yang keluar dari celana dalam yang dipakainya.
Rupanya Bu Rum tahu mataku begitu terpaku menatapi organ kewanitaannya. Mungkin karena telah yakin aku benar-benar mau menjadi pelepas dahaganya, ia pelorotkan sendiri celana dalam itu dan melepasnya.
“Bu Rum sudah nenek-nenek lho Win. Tetapi kalau kamu pengin melihat memek ibu bolehlah. Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas main sendiri dengan tangan dan pisang,” katanya.
Bahkan tanpa sungkan, setelah melepas sendiri celana dalamnya ia duduk mengangkang membuka lebar-lebar pahanya. Memamerkan memeknya yang berbulu sangat lebat. Ah tak kusangka akhirnya dapat melihat memek Bu Rum dalam jarak yang sangat dekat. Memek Bu Rum lebar dan membukit. Jembutnya sangat lebat dan hitam pekat. Kontras dengan pahanya yang kuning langsat sampai ke selangkangannya. Puas memandangi bagian paling merangsang di selangkangan wanita itu, keinginanku untuk menyentuhnya menjadi tak tertahan. Kujulurkan tanganku untuk menyentuhnya.
Kuusap-usap jembutnya yang keriting dan tumbuh panjang. Jembut Bu Rum benar-benar super lebat menutupi memeknya. Hingga meski telah mengangkang, masih tidak terlihat lubang memeknya karena tertutup rambut lebat itu. Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh sampai ke atas mendekati pusar wanita itu dan di bagian bawah mendekati lubang duburnya. Menimbulkan bunyi kemerisik. Untuk bisa melihat lubang memeknya, aku memang harus menyibak rambut-rambut yang menutupinya dengan kedua tanganku. Bibir luar memek Bu Rum tampak tebal dan kasar karena sudah banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman. Di bagian dalam lubang memeknya yang berwarna hitam kemerahan, ada lipatan-lipatan daging agak berlendir dan sebuah tonjolan. Ini rupanya yang disebut itil, pikirku. Tidak seperti ukuran memeknya yang besar, tebal dan tembem, itil Bu Rum relatif kecil. Hanya berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung atas celah bibir luar kemaluannya yang sudah berkerut-kerut. Kutoel-toel itilnya itu dengan jari telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan ludah. Ia mendesah dan sedikit menggelinjang.
“Kamu sudah pernah begituan dengan perempuan Win? Ee.. maksud ibu ngentot dengan perempuan?”
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.
“Masa!? Kalau melihat memek wanita lain selain punya ibu?”
“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film BF yang pernah saya tonton. Memangnya kenapa Bu?” Jawabku lagi.
Sebenarnya aku berbohong.Sebab di rumah aku sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya. Mendengar aku belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh vagina, entah kapan ia melakukannya, tanpa sepengetahuanku ternyata Bu Rum sudah melepas daster dan BH nya. Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win,” kata Bu Rum sambil membelai kontolku yang telah tegak mengacung setelah aku telanjang.
Bu Rum tidak hanya membelai dan mengagumi kontolku yang telah keras terpacak. Setelah menjilat-jilat lubang di bagian ujung kepala penisku, ia memasukkan batang kontolku ke mulutnya. Aku jadi merinding menahan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan. Tubuhku tergetar hebat. Sesekali kurasakan mulutnya mengempot dan menghisap batang kotolku yang kuyakin semakin mengembang. Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya perlahan. Ah, teramat sangat nikmat. Sangat berbeda bila aku mengocok sendiri kontolku. Saking tak tahan, tanpa sadar aku memegang dan mengusap-usap rambut Bu Rum yang semestinya tidak pantas kulakukan mengingat usia dan sekaligus statusnya sebagai guru mengaji ibu-ibu di kampungku termasuk ibuku. Tetapi Bu Rum tak peduli. Ia terus asyik dengan kontolku. Dikulum,dihisap dan dikocok-kocoknya perlahan dengan gemas. Seperti wanita yang baru melihat kejantanan milik pasangannya. Mungkin karena selama ini ia hanya bisa melakukannya dengan pisang setelah kotol suaminya tidak berfungsi.
Sambil menikmati kocokan dan kuluman Bu Rum pada kontolku, kuremasi teteknya. Tetek Bu Rum gede dan sudah menggelayut bentuknya. Namun sangat lembut dan enak di remas. Bahkan puting-putingnya langsung mengeras setelah beberapa kali aku memerah dan memilin-milinnya. Tak kusangka wanita yang dalam keseharian selalu tampil dengan busana muslim yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu di kampungku ini juga lihai dalam urusan kulum mengulum kontol. Aku dibuat kelojotan menahan nikmat setiap ia menghisap dan memainkan lidahnya di ujung kepala kontolku. Bahkan saat Bu Rum mulai mengalihkan permainannya dengan menjilati kantung pelirku dan menghisapi biji-biji pelir kontolku, aku tak mampu bertahan lebih lama. Pertahananku nyaris jebol. Karenanya aku berusaha menarik diri agar air maniku tidak muncrat ke mulut atau wajah Bu Rum.
Namun Bu Rum menahan dan menekan pinggangku. “Mau keluar Win ? Muntahkan saja di mulut ibu,” ujarnya sambil langsung kembali menghisap penisku. Akhirnya, pertahananku benar-benar ambrol meski telah sekuat tenaga untuk menahannya karena merasa tidak enak mengeluarkan mani di mulut Bu Rum. Sambil mendesis dan mengerang nikmat pejuhku muncrat sangat banyak di rongga mulut Bu Rum. Cairan kental warna putih itu kulihat berleleran keluar dari mulut wanita itu. Tetapi ia tidak mempedulikannya. Bahkan menelannya dan dengan lidahnya berusaha menjilat sisa-sisa maniku yang berleleran keluar. Terpacu oleh kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya mani yang keluar membuat tubuhku lemas seperti dilolosi tulang-tulangku. Aku terduduk menyandar di si kursi sofa tempat Bu Rum terduduk.
“Gimana Win, enak?”
“Enak banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kamu. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi.
Saat kembali dari kamar mandi, Bu Rum menyodorkan segelas besar teh manis hangat. Sodoran teh manisnya langsung kusambut dan kuteguk.Terasa hangat dan nikmat setelah tenaga hampir terkuras dan kini kembali segar. Saat itu baru kusadari Bu Rum masih bugil tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya.Aku kembali terpaku pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan mulus. Wanita berpinggul besar dan berdada montok namun sudah agak kendur itu,meskipun sudah menjadi nenek masih sangat menggoda. Jembutnya yang keriting lebat terlihat basah. Mungkin habis dibersihkan di kamar mandi untuk menghilangkan bekas air maniku.
“Mau lagi Win?” ujarnya mendekat dan berdiri tepat di tempat aku duduk. Kini memang giliranku untuk memuaskannya setelah kenikmatan yang diberikan padaku. Aku bingung harus memulai dari mana dan melakukan apa pada Bu Rum karena memang belum pernah pengalaman dengan perempuan. Hanya dari sejumlah film BF yang sering kutonton, wanita kelihatannya sangat suka kalau memeknya dijilat. Maka aku langsung turun dari kursi panjang dan berjongkok di depan Bu Rum. Memeknya yang besar membusung kini tepat di hadapan wajahku. Jembut keriting lebatnya terlihat basah. Dan Bu Rum, melihat aku hanya terbengong memandangi bukit kemaluannya, langsung mengangkat kaki kirinya dan di tumpukan pada kursi panjang. Karena pahanya yang terbuka kini aku bisa melihat lubang memeknya yang nampak sudah longgar. Lubang memeknya menyerupai lorong panjang. Bahkan kulihat itilnya yang mencuat di ujung atas belahan memeknya.
Kembali aku menyentuh dan mengusap memeknya. Bibir luar memeknya yang berwarna coklat kehitaman penuh kerutan dan terasa lebih tebal. Namun makin ke dalam lebih lembut dan basah serta warnanya agak memerah.Kudengar Bu Rum mendesah saat jariku menyelinap masuk menerobos lubang vaginanya. Rambut kepalaku diusap dan diremas-remasnya. Desahannya mengingatkanku pada suara wanita yang tengah disetubuhi di adegan film BF. Aku jadi terangsang. Kontolku kembali menggeliat dan bangkit. Sambil mendesah, Bu Rum tak hanya meremas dan menjambaki rambut kepalaku. Tetapi ia berusaha menarik dan mendekatkan wajahku kememeknya. Aku jadi tahu, nampaknya ia tidak ingin memeknya hanya dicolok-colok dengan jariku, Aku yang memang sudah kembali terangsang langsung mendekatkan mulutku dan mulai mengecupi lubang memek Bu Rum.
Ternyata selain bibir luar vaginanya yang mengeras dan berkerut-kerut, di luar kelentitnya yang menonjol besar, ada sebentuk daging yang menjulur keluar dari lubang memeknya. Bentuknya nggedebleh mirip jengger ayam jantan. Pengetahuanku tentang bagian paling intim milik wanita memang sangat terbatas dan melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini mendapat kesempatan. Satu-satunya memek wanita dewasa yang pernah kulihat adalah milik ibuku. Aku memang sering mengintipnya saat ibu mandi. Atau saat berganti baju di kamarnya dan pernah beberapa kali melihatnya dalam jarak cukup dekat saat dia tidur. Tetapi sepengetahuanku tidak ada jengger ayam di lubang memek ibuku. Jadi terasa agak aneh atas apa yang kulihat di lubang memek Bu Rum. Tetapi aku tak peduli. Hingga selain menjilati bibir vaginanya, jengger ayamnya juga tak luput dari sentuhan mulut dan lidahku. Bahkan aku langsung mengulum, menghisap dan menarik -nariknya dengan mulutku.
“Ohhh… sshhh… aahhh… enak Win. Aaauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. enak banget,”
Aku sangat senang karena ternyata Bu Rum menyukai dan keenakan oleh jilatan lidahku di lubang memeknya. Dari liang sanggamanya mulai keluar lendir yang terasa asin di lidahku. Tetapi itu pun tidak membuat surut langkah untuk terus mengobok-ngobok vaginanya dengan mulut dan lidahku. Aku terus mencerucupi dan menghisapnya hingga lendirnya banyak yang tertelan masuk ke kerongkonganku.Diperlakukan seperti itu Bu Rum seperti kesetanan. Tubuhnya tergetar hebat dan kulihat ia merintih, mendesah sambil meremasi sendiri kedua tetek besarnya.
“Kamu naik dan tiduran di sofa Win. Sshhh aahh jilatanmu di memek ibu enak banget,” katanya.
Seperti yang dimintanya, aku naik ke sofa dan tiduran telentang dengan kaki menjuntai. Setelah itu Bu Rum ikutan naik. Tadinya kukira ia akan menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas seperti yang pernah kulihat dalam adegan film mesum yang menggambarkan hubungan seks antara wanita dewasa dan bocah ingusan. Tetapi tidak. Ia berdiri dan memposisikan kedua kakinya diantara tubuhku. Lalu bertumpu di dinding tembok yang ada di belakang kursi sofa dan sedikit menurunkan tubuhnya. Rupanya, ia masih ingin mendapatkan jilatan di memeknya dengan posisi yang membuat dirinya lebih nyaman dan bergerak leluasa. Sebab saat memeknya telah berada tepat di depan wajahku, ia langsung membekapkannya ke mulutku.
Tak kusangka, wanita yang sangat dihormati di kampungku karena selalu berbusana muslimah yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu, di usianya yang sudah 53 tahun masih sangat menggebu. Pantesan ia suka menyogok-nyogok memeknya dengan pisang. Mungkin karena tidak tahan akibat tidak pernah disentuh oleh suaminya yang sudah tidak bisa melayaninya sama sekali.
Aku sempat gelagapan karena tidak mengira Bu Rum akan membekapkan memeknya ke wajahku. Tetapi setelah mengetahui apa yang diinginkannya, aku langsung menyambutnya meskipun tidak tahu harus bagaimana semestinya dilakukan. Seperti sebelumnya kembali kujulurkan lidah dan kembali kujilati lubang memeknya. Namun kali ini dengan lebih semangat. Daging jengger ayamnya yang keluar dan menggelambir kukulum. Lalu lidahku menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang vaginanya sampai hidung dan wajahku ikut belepotan oleh lendir yang keluar dari liang sanggamanya. Sambil terus mengobeli memeknya dengan lidah dan mulutku, pantat Bu Rum juga menjadi sasaran remasan tanganku. Meskipun sudah melorot, pantat Bu Rum yang besar terasa masih lumayan kenyal. Nampaknya ia menjadi keenakan. Bu Rum melenguh dan mendesah.
“Iya Win…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. enak banget. Terus colok memek ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahnya tertahan saat aku makin dalam menjulurkan lidah.
Mendengar rintihan dan desahan Bu Rum, aku jadi makin bersemangat.Hanya karena tidak punya pengalaman, aku hanya menjilat dan mengisap bagian dalam memeknya sekena-kenanya. Rupanya karena terlalu menggebu, aku sempat menghisap itilnya dengan kuat. Bu Rum memekik. Tetapi tidak marah dan malah makin keenakan.
“Ia Win itu itil ibu.. enak banget…sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Win hisap itil ibu… aaoooohhh …oooohhhh,”
Seperti yang dimintanya, itil Bu Rum yang akhirnya paling sering menjadi sasaran jilatan dan hisapan mulutku. Bahkan sambil terus mencerucupi kelentitnya, dua jari tanganku kupakai untuk menyogok-nyogok bagian dalam memeknya. Saat itulah Bu Rum menjadi kelojotan dan beberapa saat kemudian ia memintaku berhenti.
“Udah Win ibu nggak tahan. Bisa KO kalau diteruskan. Sekarang ibu pengin dientot dengan kontolmu. kamu juga pengin kan ngentot dengan ibu kan?”
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi saya tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya menggamit lenganku.
Ia membawaku ke kamarnya. Kamar dengan ranjang spring bed berukuran besar dan tampak rapi tertutup sprei motif garis-garis. Di kamar Bu Rum, ada meja rias berukuran besar dengan berbagai alat make up di atasnya serta sebuah almari pakaian model antik di samping gambar Bu Rum dan suaminya dalam pose berpasangan mengenakan pakaian adat Jawa. Foto itu sepertinya dibuat saat usianya masih di bawah 40 tahun. Bu Rum terlihat sangat cantik dan seksi. Suaminya, Pak Kirno juga terlihat kekar dan tampan. Adanya gambar Pak Kirno suaminya di kamar itu, sebenarnya aku sempat grogi. Tetapi melihat Bu Rum sudah telentang di ranjang dan dalam posisi mengangkang, sayang kalau harus melepaskan kesempatan yang sudah berada di depan mata. Aku sudah sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan ngentot dengan Bu Rum. Aku juga ingin mengetahui dan merasakan seperti apa rasanya ngentot sebenarnya.
Dengan kontol tegak mengacung aku naik ke ranjang. Hanya aku tetap bingung bagaimana harus memulai. Di antara kedua pahanya yang membuka lebar, memek Bu Rum tampak menganga menunggu batang zakar pria yang mau menyogoknya. Sepasang buah dadanya yang besar, dalam posisi telentang terlihat jadi nggedebleh dan hanya puting-putingnya yang hitam kecoklatan terlihat menantang. Melihat aku cuma mematung, rupanya Bu Rum menjadi tak sabar. Ditariknya tanganku hingga menjadikan tubuhku ambruk dan menindih tubuh montoknya.Beberapa saat kemudian kurasakan Bu Rum meraba selangkanganku dan meraih kontolku. Batang penisku yang sudah mengacung dikocok-kocoknya perlahan hingga makin mengeras dan membesar.
Oleh wanita itu, kepala penisku digesek-gesekkannya di sekitar bibir kemaluannya. Setelah tepat berada di bagian lubangnya, ia berbisik.”Tekan Win, biar kontol kamu masuk ke memek ibu,” bisiknya lirih di telingaku. Slessseeppp.. blleeesss. Tanpa banyak hambatan batang kontolku yang lumayan panjang dan besar seluruhnya masuk membenam. Mungkin karena lubang memek Bu Rum yang sudah kelewat longgar dan licin akibat banyaknya lendir yang keluar. Bagian dalam memek Bu Rum hangat dan basah. Dan tanpa ada yang memerintah, seperti semacam naluri, aku membuat gerakan naik turun pinggangku hingga kontolku sekan memompa lubang memek wanita itu.
“Iya begitu Win, terus entot sayang. Ah.. aahhh….aahhh.. kamu merasa enak juga kan,” Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu Rum mulai mendesah-desah.Mungkin ia mulai merasakan enaknya sogokan kontolku. Dan bagiku,kenikmatan yang kurasakan juga tiada tara. Jauh lebih nikmat dibanding mengocok sendiri. Gesekan-gesekan batang kontolku pada dinding memeknya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang sulit kuucapkan. Aku terus mengaduk-aduk memeknya dengan kontolku. Mata Bu Rum membeliak-beliak dan meremasi sendiri teteknya. Melihat itu aku langsung menyosorkan mulutku untuk mengulum dan menghisapi salah satu putingnya. Pentil susunya yang berwarna coklat kehitaman terasa mengeras di bibirku.
“Iya Win… terus hisap sayang… aahhh… aahhh,Kamu ternyata sudah pinter,” ujarnya terus mendesah.Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang memek Bu Rum kurasakan makin basah. Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok… setiap kali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.
Bosan ngentotin Bu Rum dengan posisi menindihnya, kuhentikan sogokanku pada memeknya. Pasti asyik dan tambah merangsang kalau bisa melihat memeknya yang tengah kusogok-sogok, pikirku membathin. Aku bangkit, turun dari ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya, kaki Bu Rum kutarik dan kuposisikan menjuntai di tepi ranjang. Tindakanku itu membuat Bu Rum agak kaget. Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia menunggu tindakan yang akan kulakukan selanjutnya. Namun setelah pahanya kembali kukangkangkan dan kontolku kembali kuarahkan ke lubang vaginanya, Bu Rum tersenyum. “Kamu pengin ngentot sambil ngelihatin memek ibu Win? Iya sayang, kamu boleh melakukan apa saja pada ibu,” katanya.
Ternyata menyetubuhi sambil berdiri dan melihat ketelanjangan lawan mainnya benar-benar lebih asyik. Lebih merangsang karena bisa melihat keluar masuknya kontol di lubang memek. Saat kontolku kutekan, bibir memeknya yang berkerut-kerut seperti ikut melesak masuk. Namun saat kutarik, seluruh bagian dalam memeknya seakan ikut keluar termasuk jengger ayamnya yang menggelambir. Pemandangan itu membuat aku kian terangsang dan kian bersemangat untuk memompanya. Teteknya juga ikut terguncang-guncang mengikuti hentakan yang kulakukan. Aku makin bernafsu dan makin cepat irama kocokan dan sodokan kontolku di liang sanggamanya. Bu Rum tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dirasakan. Ia merintih dan mendesah dengan mata membeliak-beliak menahan nikmat. Sesekali ia remasi sendiri susunya sambil mengerang-erang. Aku juga memperoleh nikmat yang sulit kulukiskan. Meski lubang memek Bu Rum sudah longgar tetapi tetap memberi kenikmatan tersendiri hingga pertahananku nyaris kembali jebol.
“sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… memek ibu enak banget. Saya nggak kuat bu,” ujarku mendesahsambil terus memompanya.
“Tahan sebentar Win. Aaahhh.. sshhh… kontolmu juga enak banget,”Bu Rum bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Bu Rum membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak. Akibatnya batang kontolku yang berada di kedalaman lubang memeknya serasa diperah. Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak. Terlebih ketika dinding- dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.”
Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Win, ibu juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”
Goyangan pantat dan pinggul Bu Rum makin kencang. Dan puncaknya, ia memeluk erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi. Saat itu, di antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya mengejang dan empotan memeknya pada kontolku kian memeras. Maka muncratlah spermaku di kehangatan lubang memeknya berbarengan dengan semburan hangat dari bagian paling dalam vagina guru mengaji ibuku.Karena kenikmatan yang aku dapatkan, cukup lama aku terkapar di ranjang Bu Rum.
Saat aku terbangun, Bu Rum sudah menyiapkan segelas teh panas dan mengajakku menyantap lontong dan opor ayam bikinan ibuku. Kami menyantapnya dengan nikmat. Bahkan dua bungkus rokok kegemaranku telah tersedia di meja makan. Kata Bu Rum, ia menyempatkan membelinya di warung Lik Karni saat aku tertidur.
Malam itu Bu Rum benar-benar melampiaskan hasratnya yang tertahan cukup lama. Sesudah makan aku diajaknya bergumul di karpet di ruang tengah di depan televisi lalu berlanjut di ranjang kamar tidurnya. Aku bak seorang murid baru yang cerdas dan cepat pintar menerima pelajaran. Ia mengaku sangat menikmati dan merasa puas oleh sogokan-sogokan kontolku di memeknya yang memiliki jengger ayam.
“Ibu kira udah nggak bakalan merasakan enaknya yang seperti ini lagi. Karena sudah lima tahun lebih sejak bapak kena stroke tidak pernah mendapatkannya. Makanya terpaksa pakai pisang dan kadang kontol karet kalau lagi kepengen,” katanya sambil meremas gemas kontolku setelah persetubuhan yang keempat kalinya malam itu.Ternyata wanita yang selalu tampil bak muslimah yang taat itu, juga memiliki beberapa koleksi film porno. Ia sempat menyetel sejumlah koleksinya untuk ditonton bersamaku saat istirahat setelah ngentot yang ketiga di depan televisi. Namun yang mengejutkan, karena “nonton bareng” film porno aku jadi tahu kalau ibuku juga penggemar film porno.Itu terlontar secara tak disengaja oleh Bu Rum. Kata Bu Rum yang paling banyak dikoleksi adalah yang menggambarkan adegan incest atau hubungan seks antar anggota keluarga.
Saat itu Bu Rum memutar dua film. Film pertama menggambarkan adegan seks antara pria muda berkulit hitam dengan wanita tua kulit putih. Sang wanita kulit putih dibuat merintih dan mengerang karena sogokan kontol pria pasangannya yang perkasa. Bahkan akhirnya si wanita merelakan anusnya dijebol kontol panjang sang negro muda. Film kedua yang merupakan semi film cerita mengisahkan wanita STW yang bekerja di perusahaan penebangan hutan. Suaminya selalu pergi cukup lama dan hanya beberapa hari tinggal di rumah karena pekerjaannya itu.Si ibu yang sering merasa kesepian saat suaminya pergi, sering mengobel-ngobel sendiri memek dan itilnya saat hasrat seksnya datang.Ulah si ibu sering dipergoki secara diam-diam oleh pria remaja yang merupakan anak sulungnya. Maka di satu kesempatan, saat tengah bermasturbasi dan sang anak tak tahan menahan nafsu ia mendekati sang ibu. Keduanya larut dalam permainan panas di dapur, ranjang dan bahkan di kamar mandi tanpa peduli bahwa sebenarnya mereka pasangan ibu dan anak.
Usai pemutaran film yang kedua, kukatakan pada Bu Rum bahwa dibanding film yang pertama, adegan seks ibu dan anak yang paling bagus. Tetapi komentarku itu membuat Bu Rum keceplosan. Tanpa sadar ia menyebut bahwa film porno itu dipinjam dari Bu Narsih (nama ibuku). Saat itu ia berusaha meralat. Ia mungkin baru bahwa yang diajaknya bicara adalah aku anak Bu Narsih. Tetapi akhirnya Bu Rum tersenyum dan berterusterang.
“Keinginan manusia akan seks kan manusiwai Win. Seperti ibu dan ibumu,meskipun sudah berumur tetapi kebutuhan akan itu masih belum padam,”kata Bu Rum.
Ibuku memang sudah 3,5 tahun menjada setelah ayah meninggal akibat menderita diabetes cukup lama. Untuk menikah lagi mungkin malu karena cucunya sudah tiga yang diperoleh dari Mbak Ratri, kakak perempuanku.Bahkan salah satu cucunya sudah duduk di bangku SLTP. Maka ia memilih memendam hasratnya dan lebih menyibukkan diri pada usaha jual beli perhiasan berlian yang menjadi usahanya selama ini.
Menurut Bu Rum, koleksi film-film porno yang dimiliki ibuku cukup banyak. Koleksi film seksnya yang berthema hubungan seks sedarah tergolong lengkap. Bahkan Bu Rum mengaku, ia mengenal penis palsu dari karet yang dikenal dengan sebutan dildo juga dari ibuku. “Pergaulan ibumu kan luas terutama dengan ibu-ibu dari kalangan menengah atas. Mungkin dari ibu-ibu yang menjadi sasaran bisnisnya itu ia jadi mengenal banyak hal,” ujar Bu Rum menambahkan.
Meskipun sangat kaget, tetapi aku tidak mencoba memperlihatkannya di hadapan Bu Rum. Sebab sebagai anaknya aku tidak pernah melihat ibu nonton film porno atau barang-barang berbau seks yang dimilikinya. Di kamar tidur ibu memang ada televisi berukuran besar dan perangkat pemutar DVD. Tetapi kebanyakan film-filmnya adalah film hindustan karena ibu penggemar berat bintang Shah Ruk Khan. Berarti ia memiliki tempat penyimpanan khusus, ujarku membathin.
Sekitar pukul 03.00 dini hari, dengan tubuh lunglai aku meninggalkan rumah Bu Rum dengan mengendap agar tidak dipergoki warga lainnya. Ibuku membukakan pintu sambil menggerutu. Katanya mengganggu orang tidur.Tetapi wajahnya kulihat tidak seperti orang bangun tidur. Bahkan televisi di kamarnya terdengar masih menyala. Seperti kebiasaanya saat tidur ia selalu mengenakan daster longgar.Tetapi saat itu dasternya kelewat tipis hingga terlihat membayang lekuk-liku tubuhnya yang aduhai. Ternyata ia juga tidak memakai kutang dan celana dalam sampai-sampai kulihat tonjolan putingnya pada sepasang buah dadanya yang hampir sama besar dengan punya Bu Rum. Ah bisa jadi ibu bukannya tidur. Tetapi lagi asyik mengocok-ngocok memeknya dengan kontol karetnya sambil nonton adegan seorang ibu yang tengah ngentot sama anak lelakinya. Hanya karena terlalu kecapaian, aku langsung masuk kamar dan tidur.
03.58 | 0 komentar

Tempek Nek Suminten Ngempot-ngempot

Umurku 27 tahun dan baru pindah kos ke tempat yang baru. Sedang istri dan seorang anakku masih tingal di kota tempatku bekerja, karena aku tugas belajar selama 2 tahun di kota ini. Nek Suminten berusia 58 tahun, memiliki empat anak dan 9 orang cucu. Dia seorang janda yang memiliki 25 kamar kos, serta memiliki beberapa karyawan.
Aku tinggal di sudut kiri tempat kos-kosan itu, menyewa sebuah kamar ukuran 2 x 3,5 meter. Ada kamar mandi di dalam serta di ruang itu, aku memiliki sebuah meja kecil dan sebuah kursi, serta sebuah tempat tidur dan ada sebuah sudutnya yang bisa kupasangi kompor dan peralatan masak. Sekedar untuk masak sarapan pagi, karena siang aku harus makan di kantin tempatku tugas belajar dan malam juga lebih sering aku makan di luar. Malah sarapan pagi juga aku lebih sering di luar.
Orangtuaku dan mertuaku setiap bulan mengirimiku uang, hingga gajiku yang diambil istriku juga setiap bulan ditambahi oleh orangtuaku dan Mertuaku. Selama aku tugas belajar, isteri dan anakku, tinggal bersama mertuaku.

NEK SUMINTEN

Pukul 20.00 WIB aku masih menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen kami. Saat itu aku hanya memakai kain sarung dan telanjang dada. Aku tidak memakai celana dalam, karena sangat gerah. Kipas angin berukuran kecil yang tersedia juga rasanya tak mampu menghalau rasa gerah. Karena penat, aku keluar dari kamarku dan duduk di bawah pohon ceri di depan jendelaku. Saat itu Nek Suminten keluar pula dari kamarnya dengan mamakai daster longgar. Aku melihat dia juga tidak memakai Bra.

"Eh.. Nak Rudy, belum tidur ya?" sapanya dengan senyum khasnya. Bila dia tersenyum  begitu manis sekali. Apakah karena aku sudah empat bulan tak berhubungan seks? Giginya kelihatan rapi berbaris, putih dan bersih, sma dengan kulit tubuhnya. Rambutnya yang setiap minggu dia cat, selalu kelihatan hitam berkilat.

"Gerah sekali, Nek," kataku. Nek Suminten terkenal cerewet bila dengan anak-anak mahasiswa yang masih remaja, karena mereka suka berbuat onar dean tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. seperti buang sampah sembarangabn. Tidak mau membersihkan beranda kamar masing-masing dan membuat air seenaknya saja. Mereka diam-diam menyebut Nek Suminten dengan sebutan Nek Lampir.

Nek Sumi, begitu aku selalu memanggilnya, duduk di sisi kananku. Aku melihat dengan jelas, buah dadanya bergoyang, membuatku jadi tegang tak karuan. Kami bercerita apa saja dan Nek Sumi sembari menggoyang kipas tangannya, menghalau rasa gerah.
"Nenek awalau sudah tua masih tetap cantik dan tubuh Nek Sumi masih kelihatan padat," aku memancing dan menanyakan apa rahasianya. Kulihat Nek Sumi tersipu. Mungkin tak pernah anak-anak kos memujinya selama ini, bahkan selalu mencari gara-gara untuk ribut.
"Ah.. kamu ini ada-ada saja," bantahnya tersipu. Aku kira langkah awalku sudah kena.
"Sunguh Nek. Masih menggemaskan setiap lelaki," kataku meyakinkan dan berupaya berkata sejujur mungkin.
"Ah... mungkin karena Nak Rudy mungkin sudah ruindu dikeloni oleh isteri," katanya sembari tersenyum dan mencubit pahaku dengan gemas.
"Justru, aku selalu teringat ibuku, Nek. Aku rindu sekali pada ibuku. Biasanya kalau aku sedang risau, ibu selalu datang menyabarkan diriku sembari mengelus-elus kepalaku, mirip perlakuan pada anak bayi," kataku pula.
"Oh.. jadi kamu rindu ibu ni?" katanya. Aku mengangguk. Saat dia menunduk mengambil kipasnya yang terjatuh, aku jelas melihat teteknya yang sudh molor, tapi mulus dan putih. Kontan kontolku mengeras dan berontak.. Kutatap buah dadaku itu lekat-lekat.
"He kamu melamun, lihat apa sih?" kata Nek Sumi sembari memperbaiki dasternya, karean dia tahu aku melihat buah dadanya. Dia mencubit kembali pahaku dan berkata:" BUah dada yang sudah peot begini, masih dilirik."
"Tua, tapi masih OK punya Nek. AKu jadi gemas dan kepingin," kataku berterus terang. Keberanianku, karena Nek Sumi memberiku respons.
"Ah, kamu ini ada-ada saja," ujarnya lebih genit lagi.
"Sunguh, Nek. AKu kepingin, nih," kataku semakin berani.
"Awas nanti ada orang, baru nyaho kamu," ancamnya.
"Kan hanya kita berdua, Nek?" jawabku lebih cepat dan kontolku semakin mengeras. Nek Sumi tersenyum penuh arti. Kami pun diam sesaat. Kami hanyut dengan pikiran kami masing-masing.

"Nek... aku kepingin, nih," kataku bermanja.
"Hussst... nanti didengar orang. Gak baik," kata Nek Sumi. Dalam hatiku, aku sudah berada pada sasaran. Buktinya dia hanya takut di dengar orang.
"Ini rahasia kita dong," kataku menyerang.
"Ih.. laki-laki mana bisa jaga rahasia?" Nek Sumi berkelit. Kulihat ke kiri dan ke kanan.
"Pokoknya aku bisa jaga rahasia. Kalau aku gak bisa jaga rahasia, mana mungkin aku sampaikan niatku ini. Aku sudah punya isteri dan anak, ya aku harus jaga rahasia sekuat-kuatnya Nek," kuyakinkan Nek Sumi. Nek Sumi hanya tersenyum.
"Nek, aku duluan masuk ke kamarku, ya. Bila nenek sudah merasa aman, nenek masuk aja. Pintu tidak aku kunci," kataku meyakinkan dan aku langsung meninggalkannya tanpa menungu jawabannya. Aku memasuki kamarku dan menutup pintu. Kuintip Nek Sumi dari lubang kunci. Dadaku berdegup kencang menunggunya. AKu melihat Nek Sumi celingak-celinguk kiri dan kanan dengan sangat awas. Hatiku gembira. Itu pertanda Nek SUmi akan datang ke kamarku. Tapi bagiku menunggu waktu itu sangat lama. Hampir setengah jam aku mengintipnya dari lubang kunci, akhirnya Nek Sumi berdiri. Setelah melihat kiri dan kanan, dia melangkah cepat ke arah pintu kamarku dan membuka pintu kamarku. Saat itu aku cepat menariknya dan mengunci pintu. Saklar lampu langsung kumatikan dan kami saling berbisik.
"Hati-jati jangan sampai ketahuan orang lo," katanya. AKu diam. Langsung kupeluk Nek Sumi. Aku melapaskan sarungku dan aku sudah telanjang bulat. Cepat pula kuangkat daster Nek Sumi yang longgar itu dan... Astaga, Nek sumi juga tidak memakai apa-apa, selain daster longgarnya itu. Walau dalam keadaan remang-remang, aku melihat tubuhnya yang putih mulus walau agak gempal. Perutnya sudah berlipat dan pahanya juga sangat rapat. Cepat kukecup bibir Nek Sumi dan memeluk tubuh telanjangnya. Nek Sumi cepat pula membalas kecupanku. Lidah kami sudah mulai menari-nari dengan lincahnya.

Buah pantatnya yang besar, membuat aku semakin semangat dan kutuntun Nek Sumi ke atas ranjangku. Kunyonyot pentil teteknya yang besar dan  kuremas-remas buah dadanya yang walaupun sudah molor, tapi masih terasa kenyal. Kujilati lehernya dan aku mengelus-elus memeknya yang sudah mulai basah itu.

"Cepat sayang.. memek Nenek dimasuki saja," bisiknya manja. Duh manjanya ucapannya itu, membuatku semakin bersemangat. Aku mulai menusukkan kontolku ke dalam memeknya yang licin tanpa bulu. Nek Sumi ternyata sangat rajin mencukur bulu-bulu yang tumbuh di memeknya itu.

Perlahan aku mulai memompanya. Suara kecepak dan kecepuk terdengar setiap kali aku menyodok dan menarik kontolku. Licin sekali memeknya. Aku semakin bergairah, Kuangkat kedua kaki Nek Sumi ke bahuku dan aku memompanya secara teratur. Nek Sumi kesenangan dan nafasnya mendesah-desah. Diremasnya kedua tanganku dengan kuat, sembari dia menggigit bibirnya dan mengeluarkan suara erangan yang panjang. Aku terus memompanya.

"Hayo sayang... jangan siksa aku. Keluarkan didalam..." desisnya sembari mengerang. Dengan kuat kutusuk kontolku sedalam mungkin dan kupeluk tubuhnya yang gemuk itu, lalu kusemprotkan beberapa kali spermaku ke dalam memeknya yang hangat itu. Walau dia sudah monopause, memeknya masih terasa licin sekali dengan lendirnya yang hangat. Kami saling berpelukan dan tersenyum. Begitu kontolku keluar, dia cepat cepat memakai dasternya dan mengecup pipiku.

Dia minta aku keluar lebih dulu dan duduk di kursi di bawah pohon ceri. Bila sudah aman dia minta aku mengeluarkan suara jentitan pada pertemuan ibu jari telunjukku dan jari tengah. Dalam hati, Nek Sumi memang perempuan lihai. Mungkin dia juga sering selingkuh dengan laki-laki lain. Setidaknya aku mendapatkan kepuasan seks darinya. Setelah aku merasa aman, aku memberinya kode dan dia cepat keluar dan duduk di sampingku. Sembari sama-sama merokok kami kembali bercerita.

Malam itu juga Nek sumi menyatakan cintanya padaku. Aku terkejut, Tap Nek SUmi meyakinkanku, kalau kami hanya pacaran saja. Dia tidak akan menuntut untuk dinikahi. Yang penting dia bisa dipuasi bathinya. Aku setuju. Jadilah Nek sumi pacarku selama dua tahun aku di kotanya dan aku bebas dari sewa kamar. Bahkan aku selalu mendapat makanan gratis masakan istimewa.
Bukan itu saja. Karena akua mengaku orang kampung dan aku orang miskin, tak jarang pula Nek SUmi memberiku uang, menyelipkannya di saku bajuku. Untuk uang jajan, katanya. AKu tersenyum dan menerimanya. Pokoknya kami dua kali seminggu melakukan hubungan seks dan saling memuaskan.
03.55 | 0 komentar

Rabu, 16 Desember 2015

Memek Legit 2 Tante Girang

Cerita  tante girang ini di mulai setelah sekolah aku disuruh jaga toko Milik Tante Gira yang sebenarnya bukan tante asliku. Dia adalah teman dari dari ibu sodaraku jauh, ribet deh kalodiceritain, aku menjaga toko itu sudah sekitar 2 minggu.
Karena toko milik Tante Gira menjual sembako, maka pembelinya pun kebanyakan ibu-ibu ataupun perempuan. Saya yang bertugas untuk mengambilkan barang-barang seperti beras, gula ya hanya bersikap cuek saja terhadap banyaknya pembeli itu.

TANTE GIRA
Tante Lina pemilik toko di sebelah tokonya Tante Gira yang sepertinya juga tipe wanita binal. Dia sering datang sore hari setiap toko akan ditutup. Dia biasanya saling omong-omong, bersenda gurau dengan Tante Gira, dan apabila telah begini tentu lama sekali selesainya. Dan seperti biasanya, aku pulang duluan ke rumah karena Tante Gira biasanya dijemput oleh suaminya atau anaknya.

Tapi suatu saat, ketika mau pulang aku teringat bahwa harus mengantarkan Indomie ke pelanggan, aku cepat-cepat balik ke toko. Dan memang toko sudah sepi, pintu pun hanya ditutup tanpa dikunci. Aku pun langsung masuk menuju tempat penyimpanan Indomie. Ternyata aku menyaksikan peristiwa yang tidak kuduga sama sekali, kulihat Tante Gira dengan posisi tetelentang di antara tumpukan karung beras sedang dioral kemaluannya oleh Bu Lina. Tante Gira sangat menikmati dengan rintihannya yang ditahan-tahan dan tangannya memegang kepala Bu Lina untuk dirapatkan ke selangkangannya.

Karena terkejut atas kedatanganku, maka keduanya pun berhenti dengan memperlihatkan wajah sedikit malu-malu. Tapi tidak sampai lima detik, mereka pun tersenyum dengan penuh artii

“Kamu belum pulang to Her (Hery namaku), kebetulan lho kita bisa rame-rame, ya kan Bu Lina..?” ucap Tante Gira sambil menariktangan Bu Lina ke arah kedua dadanya yang terbuka.

“Ayo sini Her.., jangan malu, ughh, ahh..!” desah Tante Gira lagi, kali ini tangannya melambai ke arahku.

Dan aku pun sempat bingung tidak tahu harus berbuat apa, tapi karena kedua wanita dalam keadaan tanpa pakaian seperti itu memanggilku, nafsu kelelakianku bangkit walaupun aku belum pernah merasakan sebelumnya. Perlahan aku mendekati keduanya sambil melihat mereka berdua. Seperti seorang raja aku pun disambut, mereka yang tadinya telentang dan menindih kini mereka bangkit dan duduk sambil menata rambutnya masing-masing.
TANTE LINA
Hanya lima langkah aku pun sampai di hadapanya, dan dengan lihai mereka berdua langsung meremas selangkanganku.

“Her, ini pernah masuk ke sarangnya belum..?” tanya Tante Gira manja.

“Be.., belum Tante..!” jawabku polos sambil menahan rasa geli yang begitu nikmat.

“Wah.., hebat dong belum pernah. Pertama kali langsung dapat dua lubang..!” canda Bu Lina, sementara tangannya menarik lepas celanaku hingga aku benar-benar telanjang di hadapan mereka.

Dan sesaat kemudian aku merasakan kehangatan padabatang kemaluanku. Terdengar srup, srup ahh. Tante Gira dan Bu Lina seakan ingin berebut untuk menikmati batang kemaluanku yang berukuran normal-normal saja.

“Ayo Bu.., hisap yang lebih kenceng biar keluar isinya..!”
“Iya Bu.., ini kontol kok enak banget sih..?”
“Cupp.., crupp..!” kata mereka berdua saling menyahut.

Aku hanya pasrah menikmati perlakuannya dan sesekali kuusap pipi-pipi kedua Tante-Tante itu dengan nafsu juga.

Tidak sampai 10 menit, aku merasakan sesuatu kenikmatan luar biasa yang biasanya terjadi dalam mimipi, badanku menegang, mataku terpejam untuk merasakan sesuatu yang keluar dari kemaluanku. Tumpahan maniku memuncrat mengenai wajah Bu Lina dan Tante Gira, dan dengan serta merta Tante Gira mengalihkan lumatan dari punyaku ke wajah Bu Lina. Dengan buas sekali mereka saling berciuman bibir, berebutan untuk menelan air kenikmatan punyaku. Aku pun berjongkok dan membuka paha Tante Gira, Tante Gira hanya menurut.
“Mau apa kau Sayang..?” desah Tante Gira.

Aku hanya diam saja dan mengarahkan wajahku ke arah selangkangannya yang berbau anyir dan tampak mengkilap karena sudah basah. Aku mencoba untuk melakukan seperti di film-film. Kumasukkan lidahku ke dalam rongga-rongga vaginanya serta menyedot-nyedot klitorisnya yang kaku itu. Kurasakan ketika aku menyedot benda kecil Tante Gira. Tante Gira selalu menggelinjang dan mengangkat pantatnya, sehingga kadang hidungku ikut mencium benda kecil itu.

“Her.., kamu kok pinter banget sih, terus, terus uggh.. ughh.. ahhh, ehh, aahhh..!” ceracau Tante Gira.

“Terus Her, terus..! Beri Tantemu surga kenikmatan, ayo Her..!” ucap Bu Lina yang memilin dan mengemut puting susu Tante Gira.

“Terus Bu..! Her.., aku mau muncrat! Ayo Her.., sedot yang keras lagi..!” pinta Tante Gira.

Aku pun semakin liar memainkan vaginanya, dan dengan teriakan Tante Gira, “Aghh.., ughh..!” lidahku merasakan ada cairan kental keluar dari vagina Tante Gira. Aku cepat-cepat menangkapnya dan sedikit ragu untuk menelannya.

“Her, sudah Her.., Tante sudah puas nih..! Kamu gantian dengan Bu Lina ya..!” ucapnya sambil tangannya mengusap cairannya yang keluar dari liang senggamanya.

Aku pun tidak sadar bahwa batang kemaluanku sudah bangun lagi, tegak dengan sempurna walaupun sedikit terasa ngilu.

“Bentar Her.., kamu disini dulu ya..!” pinta Bu Lina sambil keluar ke tempat tumpukan koran dan mengambil beberapa lembar.

Kemudian Bu Lina masuk ke gudang lagi dengan menggelar koran yang dibawanya. Setelah kira-kira cukup, Bu Lina menelentangkan tubuhnya dan memanggilku, “Ayo sekarang giliran saya dong Her..!” katanya sambil tangannya meremas susunya sendiri.

Aku pun langsung mengangkanginya dan kedua tangan pun mengganti tangannya untuk meremas susu-susunya yang masih kenyal. Lembut, halus, enak rasanya memegang payudara orang dewasa.

“Her.., masukin dong tuh burung kamu ke lubang Lina, ayo dong Her..!” bisiknya lembut.

Aku pun berusaha untuk mengarahkan masuk ke liangnya, tapi dasar memang masih amatir, terasa terpeleset terus.
“Ayo Lina bantu biar nggak salah sasaran..!” ucapnya.

Dan tangannya pun memegang batang kemaluanku dengan lembut dan memberikan kocokan sebentar, dan akhirnya dibimbing masuk ke lubang kenikmatannya.

Ini pertama kali kurasakan penisku masuk ke sarangnya. Terasa hangat, lembab, nikmat dan seperti ditarik-tarik dari dalam kamaluan Bu Lina. Secara naluri aku pun mulai menggerakkan pantatku maju mundur secara pelan dan berirama.

“Terus Her.., masukkin lagi yang lebih dalam, ayooo, ughh..!” desah Bu Lina.

Tangan Bu Lina pun telah memegang pantatku dan menekan-nekan supaya doronganku lebih keras, sedangkan kakinya telah melingkar di pinggangku.

Kira-kira hanya 10 menit berlalu, Bu Lina menjerit sambil menggaruk punggungku dengan keras, “Ooohhh.., aku ngejrot.., Her..! Yeess.., uhhh..!”

Kemudian tubuhnya lunglai dan melepaskan kakinya yang melingkar di pinggangku. Aku pun bangkit meninggalkan Bu Lina yang telentang dan tampak dari liang kenikmatannya sangat banyak cairan yang keluar. Kuhampiri Tante Gira yang mulai menutup pintu-pintu tokonya. Aku pun turut membantunya untuk mengemasi barang-barang.

Setelah beberapa menit menunggu jemputan, terdengar telpon berdering. Setelah kuangkat ternyata mobil yang dipakai menjemput dipakai suaminya untuk ngantar tetangga pindahan. Kemudian aku pun menawarkan untuk mengantarkan ke rumah Tante Gira dengan Impresa 95 kesayanganku.

Di dalam perjalanan, Tante banyak bercerita bahwa hubungan lesbinya dengan Bu Lina sudah 3 tahun, karena Omku suka pulang malam (mabuk-mabukan, judi, nomor buntut, dan sebagainya) sehingga tidak puas bila dicumbu oleh Omku. Sedangkan Bu Lina memang janda karena suaminya minggat dengan wanita lain.

Sampai di rumah Tante Gira, suasananya memang sepi karena anaknya kuliah dan Omku sedang mengantar tetangga pindah rumah. Setelah aku angkat-angkat barang ke dalam rumah, aku pun lalu pamitan mau pulang kepada Tante Gira. Aku terkejut, ternyata Tante Gira bukannya memperbolehkan aku pulang, tetapi malah menarik tanganku menuju kamar Tante Gira.

“Her.., Tante tolong dipuasin lagi ya Yang..!” pintanya sambil memelukku dan menempelkan kedua buah dadanya ke tubuhku.

Aku pun mencium bibirnya yang terbuka dan mengulumnya dengan nafsu, demikian pula Tante Gira. Kemudian dengan dorongan, jatuhlah tubuh kami berdua di kasurnya, dan dengan bersemangat kami saling meraba, menindih, merintih. Hingga akhirnya aku melepaskan maniku ke dalam kemaluan Tante Gira.

Aku pun pamitan pulang dengan mencium bibirnya dan meremas susunya dengan lembut. Kemudian dari laci lemari diambilnya uang seratus ribuan, dan diberikan kepadaku, “Untuk rahasia kita..!” katanya.

Sampai saat ini lebih dari 2 tahun aku bekerja di toko Tante Gira, dan hubungan badanku dengan Tante Gira dan Bu Lina masih berlangsung. Dan yang menyenangkan adalah Tanti, anak Bu Lina mau kupacari, dan aku ingin menjadikannya sebagai istri
19.33 | 0 komentar

Mantapnya Memek Tante Win..

Sejak aku SMA aku sulit sekali dibangunkan pagi-pagi, apalagi sekolahku selama kelas 1 dan kelas 2 selalu siang hari. Ini pula yang menjadi kebiasaanku sewaktu mulai kuliah. Waktu aku menginjak kota Bandung pertama kali, udara dingin kota itu benar-benar membuatku masih terbuai mimpi meski sudah terang. Aku kuliah di salah satu PTS yang hampir semua kegiatannya di waktu sore hari, sehingga bagiku hidup dengan tertidur lelap di pagi hari cerah merupakan kebiasaan. Kawan-kawan satu kost-ku biasanya sudah sunyi waktu aku bangun untuk sarapan dan mandi, tapi kebiasaanku adalah sarapan sambil nonton TV, baru mandi.

Tante kost-ku termasuk yang baik, tak jarang untukku sengaja disiapkannya secangkir kopi atau kue untuk sarapan, atau semangkuk mie rebus hangat. Aku disayangnya, karena bila pagi hari rumah kost itu kosong dan akulah yang menemaninya mengurus segala sesuatu, menyapu, masak, atau apa saja. Walau aku suka tidur ngelantur, tapi aku termasuk anak yang rajin kerja di rumah. Tante ini masih muda, tetapi sudah janda. Ia hanya punya satu orang anak dan sudah bekerja di Sumatera. Praktis, ia hanya seorang diri di rumah. Namun kecantikannya tetap ia pelihara, sehingga di usianya yang mendekati kepala lima ia masih tetap cantik dan kencang.


 
TANTE WIN
Suatu hari aku nonton film biru pinjaman dari kawanku. Di rumah rupanya seperti biasa hanya aku saja lagi yang merupakan penghuninya. Aku ke kamar kecil sebentar, lalu memutar film itu di VCD komputerku. Karena asyiknya, melihat adegan yang panas aku tidak tahan, aku melucuti satu-satu pakaianku, tinggal CD-ku saja yang bertahan, itupun cuma sebentar, lalu kupelorotkan hingga ke paha. Aku merasa penisku menghentak-hentak minta dikeluarkan. Aku nonton dengan mata setengah membuka, sambil berbaring kuelus-elus penisku yang makin tegak. Gerakan tanganku sudah menjadi cepat, ah… aku nggak tahan lagi, lalu aku kocok terus dan terus, kugigit selimut untuk menahan jeritan nikmat yang benar-benar menyelimuti pagi yang indah itu. Sesaat kemudian nafasku mendengus sambil menyemprotkan mani ke dadaku.
“Ah… hmmm… ah…” aku merasa tubuhku ringan, lalu aku merasa ngantuk dan terlelap.

Tiba-tiba aku merasa pahaku dielus orang. Aku tersentak kaget. Ah, ternyata tante sudah ada di dalam kamarku. Ia menggunakan gaun putih yang tipis dan longgar. Kuhirup bau segar parfumnya yang menawan. Aku buru-buru bangkit menarik CD yang kupelorotkan, air maniku meleleh ke sprei, nggak kupedulikan. Tante kemudian menatap mataku, tampak bergelora api nafsu yang menggelegak di balik pandangannya itu.
Tangannya meraih tanganku, “Raf, Tante minta maaf masuk kamarmu tanpa mengetuk, abis tadi Tante lihat pintu kamarmu nggak dikunci. Tante bawa sarapan, tapi, Tante lihat kamu lelap kayak gitu,” katanya sambil mengelus pahaku kembali.

Aku salah tingkah. Matanya melirik VCD-ku yang ternyata masih memainkan film “laga” itu. Adegan demi adegan diawasinya, sambil tangannya meremas bahuku. Dielusnya tanganku sambil menarikku duduk di kasur. Kurasakan getaran halus lewat jari-jarinya, menahan gelora nafsunya yang membahana. Aku mulai aktif dan terbakar suasana. Kupeluk ia dari belakang, lalu kuhembuskan nafasku ke tengkuknya. Ia menggeliat dan menjadi lebih beringas.

Tubuhnya berbalik. Dibalasnya hembusan nafasku dengan ciuman lembut. Kedua tangannya dengan liar menelusuri pinggulku, perutku, lalu puting susu di dadaku.
“Raf, beri Tante… Tante mau…” katanya penuh harap.
Ia kemudian menarik CD-ku sampai tuntas, lalu dengan lembut mengelus rambut kemaluanku, penisku yang masih terkulai lemas diremasnya dengan lembut pula. Aku menggelinjang kegelian, tapi tangan tante lebih dahulu menekan tanganku, seakan isyarat agar aku menurut.

Aku memejamkan mata. Nafasku bergemuruh, kemudian tubuh kami terhempas di kasur. Tante kemudian mengulum zakarku, sambil sesekali mencium penisku. Aku hanya dapat menahan nafas, sambil mengerang penuh nikmat. Kemudian lidahnya dengan liar menjilat penisku yang sudah tegak, sambil sesekali mengulum dan menyedotnya penuh gairah. Aku benar-benar sudah siap laga, ketika ia kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku maklum.

Kubuka gaunnya yang longgar, kemudian BH dan CD-nya. Tante dan aku sudah sama-sama bugil. Aku mengambil posisi di atas, untuk memulainya. Pelan kupeluk badannya, lalu kubelai rambutnya yang mulai beruban itu. Kucium leher dan kupingnya, ia menggelinjang kegelian. Nampak, bulu lengannya merebak menahan rasa itu, tapi mulutnya hanya mengerang. Lalu, bagian leher bawahnya kujilat lembut, sambil sesekali jenggotku yang habis dicukur kemarin kugesekkan. Badan tante kemudian menggeliat lebih liar, sambil mendesahkan kata-kata yang tidak jelas.

Aksiku kulanjutkan dengan memainkan puting susunya yang menegang, sambil kujilat dan kuhisap perlahan.
“Ayo Raf, ayo!” katanya.
Aku tidak peduli. Aku telusuri terus semua titik nyerinya. Sampai kemudian wajahku berada di selangkangannya yang mulai berpeluh. Kubelai pubisnya dengan lidahku. Kubuka labia minora-nya dengan lembut, kemudian tanganku membelai perlahan labia minora-nya yang sudah mulai basah itu berkali-kali.

Kakinya kemudian menekuk dan mengangkat pinggulnya. Dimainkannya pinggulnya dengan goyangan yang berirama. Lidahku kemudian beraksi, menjilat bagian labia minora-nya, lalu naik hingga klitorisnya. Kulihat klitoris itu sudah menonjol kemerahan. Lalu, aku mengangkat pinggulnya, dan kumasukkan penisku perlahan, sambil kugoyang maju-mundur. Tante mengerang dengan tangan memegang erat pinggir kasur.

“Ayo, Raf, terus…!” katanya menyuruhku menggoyang badanku terus.
Aku menengkurapinya, lalu dengan sigap kusentakkan pinggulku sehingga penisku menghujam dalam ke vaginanya.
“Aduh, aduh… Raf, nikmat sekali,” katanya sambil memelukku.
Leher dan puting susunya terus kucium dan kujilat.
“Teruskan Raf! ayo sayang, aku sudah hampir sampai nih,” katanya.
Aku makin menyentak. Keringatku mulai bercucuran, sementara tante pun demikian pula. Rupanya tante sudah sampai ketika tiba-tiba tante memelukku dengan tangan dan kakinya erat-erat sehingga aku tidak dapat bergerak sama sekali. Di mulutnya hanya suara desah puas selama beberapa saat. Kemudian pelukannya mengendur. Tante lemas.

Aku masih penasaran, karena aku belum sampai. Kutarik perlahan penisku yang masih menegang. Kulihat penisku berkilat-kilat karena lumasan vagina tante. Kubuka selangkangan tante, ia mengerang dan menggelinjangkan pantatnya ketika vaginanya kuraba lagi. Kurangsang tante agar aku dapat mencapai orgasme. Lidahku beraksi, kugapai labia minora-nya lalu kujilat habis bagian itu, bahkan maniku yang meleleh di situ kujilat sampai habis.
Lalu, klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan, “Ah, emm… mmm,” ia memekik lirih.

Badannya yang mulai menggelinjang itu kemudian kutelungkupkan. Kunaiki pantatnya, lalu kutekankan penisku ke vaginanya. Kemudian terasa suatu sensasi di penisku, karena tante menutup rapat kakinya. Tanganku kemudian memeluknya dari belakang, lalu aku menciumi tengkuknya yang wangi. Tanganku terus memainkan putingnya yang mengeras itu sambil kugoyang pinggulku, perlahan mula-mula, dan kemudian kemudian makin cepat.

“Rafael, terus Raf, Tante hampir dapat lagi nih,” katanya berbisik.
Aku tidak dapat menyahut. Nafasku memburu, karena nafsuku mulai memuncak. Kurasakan nikmat menyelimutiku sampai habis, lalu rasanya itu maniku sudah menghentak-hentak hendak keluar.
“Tante, Rafael mau keluar nih,” kataku berbisik.
Ia hanya mengangguk. Kemudian dengan sekali hentakan lagi, aku merasakan suatu sensasi baru, kenikmatan yang sangat panjang, “Crot… croot… crooot…” terasa maniku menyemprot deras ke dalam vagina tante, sambil tanganku memeluknya dengan erat.
Aku hanya dapat mengerang penuh nikmat surgawi. Aku lemas di atas badan tante, lalu terlelap beberapa saat lagi.

Beberapa saat ia menggeliat. Ia bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Kurasakan tante memeluk dan menciumku mesra sekali. Disekanya keringatku yang meleleh, lalu diselimutinya badanku yang masih telanjang. Pergulatan itu memporak-porandakan kasurku, tapi aku kini merasa tidak sendiri dalam menikmati dunia ini. Tante Win, di pagi hari siap selalu mengantarkan sarapanku, dan jika suatu saat ia memerlukan kehangatan diriku, aku Rafael, boy friend-nya, selalu ada di sampingnya.
18.11 | 0 komentar