Saat itu aku berusia sekitar 14-15 tahun dan duduk di bangku SMP di akhir dekade 80’an (ah jadi ketauan kalau aku sekarang udah tuir), o iya perkenalkan namaku Anto (samaran) tinggal di komplek perumahan di pinggiran Jakarta. Aku adalah anak tunggal, sedangkan kedua orang tuaku bekerja di Jakarta.
MAK ACAH
Sehari-hari aku ditemani tukang cuci atau pembantu yang pulang hari bernama Mak Acah berperawakan tinggi semampai sepasang buah dadanya pun besar dan terlihat masih montok.Kutaksir usianya sekitar 59-60an, seorang janda yang memiliki satu orang anak perempuan bernama mpok Marni yang juga sudah memiliki anak perempuan yang usianya dua tahun diatas aku dari perkawinannya dengan bang Uci sopir Bajaj di Tenabang. Berawal dari kebiasaan menonton film porno sepulang di rumah sahabatku Panji membuat aku seringkali menuntaskan dengan beronani sesampainya dirumah. Siang itu sepulang sekolah dan menonton film porno aku tergesa-gesa pulang ke rumah dengan maksud hendak segera menuntaskan hasrat seksualku dengan onani. Kudapati mak Acah sedang mencuci baju kami di kamar mandi (kebetulan kami hanya memiliki satu kamar mandi). Aku merasa tidak sabar jika harus menunggu mak Acah selesai mencuci, maka aku pura-pura mau buang air supaya mak Acah keluar dahulu dari kamar mandi. Akupun segera menuntaskan hasratku dengan onani sambil melihat kartu remi bergambar wanita telanjang, setelah hajatku tuntas mak Acah kembali masuk ke kamar mandi untuk menyelesaikan mencuci baju. Aku sedang mendengarkan radio saat mak Acah masuk ke kamarku lalu duduk di tempat tidurku sambil berkataMA:“Anto kamu tadi ngocok di kamar mandi ya ?”. Aku kaget dan malu mendapat petanyaan yang tiba-tiba seperti itu.Aku: ..eng.. iya mak, kok emak tau ? (sambil mukaku merah karena malu).MA: iya orang pejuh kamu tadi masih licin di kamar mandi. Mak perahatiin kamu kalau pulang sekolah mesti neloco, ngga bagus tau…. Bisa ngerusk mata kamu.Aku: masa sih mak ? (penuh rasa ingin tahu dan ketakutan). MA: ngeloco itu ngeluarin pejuh yang dipaksa’in, pas kamu keluar pasti kamu merem. Itu yang bikin nanti mata kamu rusak. (..waduh bener juga nih dalam hati, padahal itu cuma tipu2 dia aja…). Aku: masa sih mak ? MA: masa, masa, kalo dibilangin (dengan logat betawi kentalnya), kalo mau ngeluarin pejuh entu kudu bari megang atawa ngeliat punyanya perempuan To…., sini emak ajarin kamu….
(sambil nyuruh aku duduk di tempat tidur). Aku hanya pasrah karena malu, takut dan rasa ingin tahu campur aduk jadi satu. Setelah aku duduk dan membuka celana pendek biruku, mak Acah menyodorkan teteknya yang besar kemukaku sambil tangannya mengelus-ngelus si otong. MA: ..pegang…., terus isep tetek emak, nih pegang juga memek emak ya.
Akupun menuruti perintahnya dengan hati girang karena baru kali itu melihat dan meraba langsung organ intim wanita. Dalam hitungan detik si otong yang belum lama baru lemes sudah tegang lagi saking senengnya.
"Iyaa… maenin pentil emak pake lidah kamu, terus colok-colok memek emak…" katanya.
Sekitar 3 menit memainkan memek dan teteknya, Mak Acah menyuruh aku tiduran. MA: kamu tiduran deh punya kamu udah keras banget, emak ajarin cara yang bener ngeluarin pejuhnya..
Akupun menuruti saja apa yang diperintahkannya sambil tidak lama mak Acah menduduki kemaluan dengan terlebih dahulu memasukan kemaluan remajaku yang tidak seberapa besar (maklum, saat itu aku masih ABG).
Rasanya nikmat bagai di awang-awang, jauh lebih licin dan hangat ketimbang kalau aku onani dengan menggunakan sabun. Sekitar sepuluh kali mak Acah naik turun diatas kontolku, kontolkupun muntah. Maklum saja ini adalah pengalaman pertamaku. Mak Acah segera mengelap kontolku dari sisa lendir sperma yang bercampur cairan kemauannya dengan celana dalam yang rupanya sudah sedari tadi dikantungi di saku daster lusuhnya.
“Enak kan ?” ujarnya.
"Iya mak", jawabku.
Besok-besok lagi kalau kamu pengen mending ngomong aja sama emak, biar emak bantuin ya…
Aku pun mengangguk sambil bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dari lendir yang masih terasa lengket di sekitar kemaluannku.
Beres menuntaskan hasrat, aku tertidur karena lemas akibat dua kali mengeluarkan sperma dalam waktu tidak lebih dari setengah jam.
Ada perasaan lega, puas dan penyesalan yang amat sangat karena aku sadar telah melakukan perbuatan tersebut.
Mak Acah melanjutkan membereskan rumah dan memasak untuk makan malam keluarga kami.
Esoknya, sepulang sekolah sengaja aku tidak mampir untuk menonton film porno di rumah Panji.
Pikirku aku tidak mau mengulangi pebuatan dosa yang teramat besar seperti hari kemarinnya.
Di rumah aku melihat Mak Acah sedang memcuci baju, sedangkan aku segera tidur setelah sebelumya makan dan mengganti baju putihku dengan kaus.
Hari ini tidak terjadi apa-apa, syukurlah dalam hatiku. Hari berikutnya (kebetulan hari Jum’at), aku tidak dapat menghilangkan keinginank untuk bisa berhubungan kembali dengan Mak Acah.
Di sekolahpun sulit sekali aku berkonsentrasi dari membayangkan tetek besar mak Acah dan memek tuanya yang rimbun. Aku berniat ingin segera tiba di rumah. Segera setelah jam belajar berakhir aku pulang dan kudapati rumahku masih terkunci. Memang biasanya Mak Acah datang ke rumahku sekitar pukul satu siang. Aku urung masuk tapi berbalik ke rumah Mak Acah yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari kediamanku dengan alasan pinjam kunci, aku bilang kunciku lupa tertinggal di dalam rumah. Setelah aku bicara setengah berbisik rupanya Mak Acah mengerti kalau aku sedang kebelet ingin berhubungan badan, sambil memberikan kunci rumah yang biasa dipegangnya,dia bilang: “ ya udah nih kucinya emak juga sebentar lagi ke sono, nyelesein goreng kerupuk dulu ya…”. Aku menanti dengan gelisah kedatangan Mak Acah. Tak lama berselang Mak Acahpun datang sambil tak lupa menguci pintu depan rumah kami.
"Udah ngebet ya To ?" tanyanya, aku mengiyakan sambil menarik mak Acah ke dalam kamar.
Hari ini penampilan Mak Acah tidak seperti biasanya, ada harum deodoran murahan di tubuhnya. Setelah aku periksa, BH dan celana dalamnyapun tidak lagi lusuh dan dekil seperti kemarin. Akupun semakin terangsang untuk segera membuka BH dan menyusu di teteknya yang besar.
"Sekarang jangan keburu-buru kaya kemaren To" ujarnya.
Aku mengangguk sekedar mengiyakan sambil tanganku sibuk ngobel-ngobel memeknya yang masih terbungkus CD.
"Hari ini emak mau ngajarin yang laen, kontol kamu pernah diisep ngga?" Tanya mak Acah.
"Kayak di filem Be-Ef ya Mak ?" kataku balik bertanya.
Mak Acah tidak menjawab, namun tangannya sibuk membuka baju seragamku hingga aku bugil.
Sesaat kemudian kurasakan kontolku yang memang sudah ngaceng sedari tadi dihisap dan dikulum oleh bibirnya. Sensasinya jauh lebih nikmat ketimbang hari kemarin, aku hanya dapat mematung merasakan permainan lidah dan bibirnya yang menghisap kemaluanku. Tak berapa lama spermaku keluar diiringi desahan nikmat dari bibirku. Mak Acah dengan telaten terus menghisap dan menjilat helm nazi si otong. Air maniku memenuhi rongga mulutnya, sebagian mungkin tertelan dan sebagian lagi dilapnya dengan seragam putihku yang berserakan di lantai. Akupun terduduk puas dan lemas tak terkirakan.
"Tuh kan, kamu buru-buru banget" ujarnya.
"Udah kebelet mak" jawabku sekenanya.
"Ya udah kamu ganti baju terus makan, emak mau ngerendemin baju kotor. Entar kalau kamu udah kepingin lagi baru kita ngewe pungkasnya".
Selesai makan dan istirahat sejenak di kamar rupanya si otong udah kepingin lagi, kupanggil si emak yang saat itu sedang menyapu teras depan. "Mak sini mak, udah kepingin lagi nih…ucapku,
"Ah cucu emak, emang kamu ngga Jum’atan ?" tanyanya.
Aku menggeleng sambil menarik si emak untuk direbahkan diatas tempat tidur.
"Jangan-buru-buru To… emak juga kudu dipuasin" ujarnya.Aku: "dipuasin bagemana mak ?" MA: "…nih emak ajarin…" Sambil meloloskan celana dalamnya dalam posisi terlentang diatas tempat tidurku. MA: "emak tadi udah jilatinpunya kamu, sekarang giliran kamu jilatin memek emak ya…"
Berbekal pengalaman menonton BF dan arah si emak aku menuruti perintahnya. Mula-mula Cuma kupegang dan kucolok saja memek mak Acah, namun mak Acah memintaku untuk menjilati tonjolan daging kecl dan jengger ayam disekililng memeknya. Aku menurut, ada bau khas yang baru kali ini aku rasakan bercampur dengan wangi sabun mandi (rupanya si emak sudah mencuci bersih terlebih dahulu memeknya). Lama-lama aku terbiasa dengan aroma yang kucium dan terasa memek si emak makin basah oleh ludahku bercampur cairan kental khas organ intim wanita.
Aku hanya mengikuti apa yang diperintahkan si emak dengan diselingi desahan mesumnya. Kurang lebih lima menit tubuh si emak mengejang sambil tengannya mendekap kepalaku agar tetap menempel di memeknya. Rupanya si emak sudah orgasme, saat itu aku belum mengerti.
Sejurus kemudian emak meraih kontolku yang sudah mulai mengeras kembali.
Dengan telaten dia menciumi dan mengulum kontolku hingga betul-betul terasa keras.
Setelah dirasa tegang, emak mengarahkan kontolku kememeknya sambil memerintahkan aku untuk bergerak maju mudur.
Nikmatnya benar-benar sensasional walau terasa betul kalau memek si emak becek oleh lendir sisa dia orgasme.
Kali ini permainanku cukup lama hingga cukup memuaskan si emak dengan kembali orgasme berbarengan dengan mucratnya lahar panas dari kontolku.
Kami menyudahi permainan ini dengan sama-sama puas, akupun tertidur setelah memakai pakaian dan mencuci kontol sebelumnya.
Sekitar pukul setengah empat aku dibangunkan oleh emak yang sudah selesai mengerjakan pekerjaan dirumahku,
"mau ngewe lagi ngga nTo ?" emak bertanya kepadaku.
Aku mengiyakan dan memulai pelajaran ngewe gaya dogy. Emak tidak mencapai orgasme, maklum aku masih cupu sehingga tidak bisa menahan nafsu.Kata emak: "ngga apa-apa, nanti juga lama-lama aku pintar pungkasnya".
Emakpun pulang dan aku mandi dengan penuh kepuasan.
Sejak saat itu kami rutin melakukan hubungan intim.
Setidaknya seminggu empat kali kami melakukannya, kebetulan emak sudah menopause sehingga jadwal kami tidak pernah terganggu.Tamat
0 komentar:
Posting Komentar