Sabtu, 03 Januari 2015

Cerita Dewasa | Musibah yang Berbuah menjadi perseingkuhan

Cerita Dewasa, Ada sepasang suami istri muda dari keluarga
mapan yang tinggal dikota Solo. Sang suami bernama Rio, berusia 26 tahun, seorang insiyur dan bekerja pada sebuah perusahaan jasa konstruksi. Cukup ganteng dan pengertian. Istrinya bernama Ratna Widyaningrum, usia 23 tahun juga seorang sarjana ekonomi , kerja di sebuah perusahaan jasa keuangan. Tingginya 163 cm berat 49 kg, kulit putih bersih dan ukuran bra34b, selalu berpakaian modis kekantor. Mereka belum memiliki anak karena baru menikah 1tahun ini.

Di sela-sela kesibukan bekerja mereka untuk menghilangkan kejenuhan, mereka biasa menghabiskan akhir pekan dengan makan2 di sebuah resto yang terkenal. Kadang juga berlibur dan menginap menyewa villa di Tawangmangu. Itu dilakukan pasangan ini untuk lebih mendekatkan mereka yang sibuk setiap hari dan sekadar refresing bagi mereka.

Saat itu mereka baru saja pulang makan malam, mencoba masakan sebuah resto yang di rekomendasikan oleh temannya Rio. Memang masakannya sangat khas dengan lauk pauk yang di sajikan dalam suasana pedesaan. Sabgat natural sekali. Mereka pun makan sangat lahap. Suasananya sangat romantis sekali bagi Rio dan Ratna. Tak terasa kantuk datang menjemput.

“Ayoo mas……..kita pulang, udah ngantuk nih………..”ujar Ratna menguap.
“Iya nih, beginilah klo makan enak sekali…….ngantukkk……..”tambah Rio seraya bangkit.
“Ayo……….”ajak Rio mengulurkan tangannya, mengajak sang istri untuk bangkit.

Ratna menggamit tangan suaminya sebagai pegangan, bangkit dalam tarikan lengan suaminya. Ups..! Hampir saja ia terjatuh seandainya Rio tak langsung menangkap pinggang sang istri. Tergelak mereka melangkah berbarengan menuju kasir.

Setelah membayar, mereka melangkah berpelukan. Rio menggamit pinggang sang istri diiringi tatapan orang dekira mereka. Betapa tidak sang lelaki ganteng beriringan dengan wanita cantik langsing berkulit bersih. Melangkah menuju mobil mereka yang di parker di pojokan. Rio membukan pintu untuk sang istri, dan menutupkannya setelah Ratna duduk di dalamnya. Melangkah mengitari mobil menuju pintu yang satunya.

Setelah mundur dan berputar mobil tersebut beranjak meninggalkan resto tersebut diiringi lambaian petugas parkir yang memandunya. Meluncur di jalanan kota Solo dalam kecepatan sedang. Tiba-tiba….

Ban mobil berdecit setelah terjadi benturan keras. Rio masih sempat menginjak rem. Dan mobil yang mereka kendarai berhenti dengan seketika. Tergopoh-gopoh pasangan muda itu keluar dari mobilnya, Kaget bercampur aduk dengan miris melihat sebuah sepeda motor telah berada di kolong mobil mereka.

“Adduhh…………………………..!”terdengar keluhan lirih dari seseorang.

Bergegas mereka berdua menuju arah suara. Terliaht seorang lelaki tengah terduduk di pinggir jalan sambil memegang lututnya, memandang dengan marah kearah mereka.

“Ma..maaf…pak, saya tidak melihat bapak tadi……, ujar Rio.
“Bapak apanya yang luka…..?”timpal Ratna.
“Ga usah saya bisa berdiri sendiri…………………..!seru orang tersebut dengan gusar.

Terlihatt orang tersebut berseragam aparat. Polisi tepatnya. Dia bangkit dan melangkah ke hadapan Rio. Memaki-maki Rio dengan kata – kata yang kasar. Rio tidak melayaninya setelah tau berhadapan dengan siapa. Ia lebih memilih diam dan rela di persalahkan. Orang yang belakangan di ketahuinya bernama Sutiran dengan pangkat Briptu memintanya semua urusan di selesaikan malam itu juga. Tetapi mengingat malam telah larut Ria meminta diselesaikan besok hari saja dan dengan terpaksa menyerahkan surat-surat kendarannya sebagai jaminan.

“Ok…besok saya tunggu anda di rumah, jangan sampai terlambat…..”ucap sang aparat tegas.
“Baik..,baik pak besok saya akan ke rumah kita akan tanggung kerusakan sepeda motor bapak, bapak jangan kawatir..”ujar Rio.
“ Ya sudah…., jam 10 pagi ya jangan lupa……”ulang Sutiran kembali mengingatkan.

*********

Di temani Ratna sang istri. Mengenakan blose berleher rendah menonjolkan kemulusan kulitnya di padankan dengan jeans ¾ menambah anggun penampilannya. Berkali kali Sutiran melirik ke arah Ratna yang tersenyum manis, mengagumi penampilan wanita cantik yang datang ke rumah kontrakannya di pinggir kota Tepat seperti janjinya, Rio telah berada di rumah Briptu Sutiran Lebih jelas sekarang usianya berkisar 50-tahunan. Berbadan tegap, berkulit gelap dengan penampilan yang garang.

‘Sebentar lagi ia akan pensiun’ batin Rio.

Setelah berbincang-bincang dan saling berargumentasi akhirnya di sepakatiu bahwa Rio akan mengganti sepeda motor sang aparat dengan jenis dan tahun yang sama. Setelah memberikan cek senilai yang disepakati pasangan muda tersebut itupun pamit di antar Briptu Sutiran menuju mobil mereka yang di parkir d ujung jalan.

“Kalau ada masalah jangan segan-segan menghubungi saya pak…….”ujar Briptu Sutiran melambai saat mobil yang di kendarai pasangan muda itu beranjak pergi.

Pasangan muda itu tak mengerti, bahwa sebenarnya keramahan Briptu tersebut hanya basa basi. Mereka tak mengetahui bahwa Briptu Sutiran mempunyai latar belakang yang tidak bagus. Baik sebagai polisi ataupun anggota masyarakat. Ia dikenal sebagai polisi yang sering turun pangkat karena indisipliner dan membuat malu kesatuannya. Seperti mabuk, judi dan juga suka merusak rumah tangga orang lain.Maka diusianya yang hampir pensiun keluarganya hancur akibat ulahnya. Dan iapun duda cerai…

Dan kehidupan pasangan muda itupun mengalir seperti biasanya hingga…

Suatu ketika sepulangnya dari kantor setelah mengalami lembur yang melelahkan, Ratna melangkah menuju parkiran mobilnya, tergesa gesa ia karena suasana telah sepi dan Satpampun telah berada di balik mejanya.

‘Pasti mereka tidur’ pikir Ratna kesal.

Sambil berjalan ia mencari-cari kunci mobil yang berada dalam tasnya. Ia berjalan sambil menunduk, matanya mancari-cari kunci yang tiba-tiba saja menjadi sulit di ketemukan. Begitu ketemu ia telah berada di samping pintu mobilnya. Dengan tergesa-gesa ia masukkan kunci tersebut ke lubangnya….

Tiba-tiba sebuah tangan telah menutup mulutnya diiringi bentakan.

“Serahkan benda berharga ibu kalu mau selamat…….!”Ancam pelaku yang membungkam mulutnya.

Ratna kaget dan ketakutan, tetapi syukurlah akal sehatnya masih berjalan normal. Demi keselamatan dirinya dengan cepat ia meloloskan perhisannya, jam tangannya dan langsung menyerahkan ke tangan pelaku tersebut.

“Hapenya juga…………..!” ucap si pelaku yang menggunakan penutup muka tersebut. Dan dengan berat hati Hp tersebut pun pindah tangan. Dan dengan cepat mereka kabur di telan kegelapan malam. Tinggallah Ratna terduduk diatas aspal sesengukkan. Setelah merasa tenang ia pun membuka pintu mobilnya, menstarter dan beranjak pergi. Di dalam mobil Ratna bersyukur dirinya selamat. Mobilpun bergerak da;am kecepatan sedang. Sesaat di sebelah kiri diliriknya terbaca tulisan yang menyatakan tempat tersebut adalah sebuah kantor polisi. Reflek ia mengarahkan mobilnya ke bangunan tersebut. Dan dengan tergesa-gesa ia melangkah masuk.

Terlihat 2 orang petugas jaga sedang menonton TV,…

“Malam pak,……”sapa Ratna
“Selamat malam bu….., ada yang bisa kami bantu…..?”sahut mereka ramah.
“Begini pak…………”ucap Ratna kembali. Menerangkan bahwa ia telah mengalami penodongan di parkiran kantornya. Di ceritakannya semua sedetil-detilnya. Baik bagaimana kejadiannya dan ciri-ciri penodongnya dan kehilangan apa saja.

“Eh…bu Ratna ada apa kemari…..?”terdengar suara berat yang pernah dikenalnya. Ratna memalingkan mukanya ke arah datangnya suara. Terkejut bercampur girang ia melihat siapa yang menghampirinya. Briptu Sutiran melangkah mendekati mereka. Dia menanyakan apa yang telah terjadi dan kedua orang petugas yang melayani Ratna menceritakan laporan wanita muda tersebut.

“Begini saja bu…, ini laporan telah kami buat sesuai dengan penuturan ibu, sekarang silakan di tanda tangani dan nanti akan kami kabari begitu ada perkembangan…”ujar Briptu Sutiran.
“Sekarang lebih baik ibu pulang, kasihan suami ibu mungkin telah gelisah menunggu kepulangan ibu” tambah Briptu Sutiran simpatik.

“Baik pak,tapi tolong ya pak, Hape itu sangat saya butuhkan….”tutur Ratna memelas.
“Akan kami usahakan secepatnya bu………………………..”ucap Briptu Sutiran.

Dan mobil Ratna punmeluncur kembali di jalanan kota Solo. Tak lama kemudian ia pun sampai di rumah. Rio langsung menghampirinya dengan wajah kesal. Telah berkali-kali ia menghubungi Hp Ratna tak pernah diangkat. Begitu Ratna menceritakan kejadiannya, wajah Rio berubah kaget, Dipeluknya istrinya, dalam penyesalan tak dapat mendampingi sang istri pada situasi yangberbahaya itu. Tak lupa Ratna juga menceritakan bahwa Briptu Sutiran akan membantunya. Rio pun akhirnya bersimpati pada polisi tersebut.

*****************

Seminggu kemudian….

Dering telepon kantornya mengejutkan Ratna yang tengah terpuruk dalam angka-angka.

“Ya….”jawab Ratna pendek.
“Ada Briptu Sutiran dari kepolisaian hendak bicara dengan ibu…..”terang suara renyah operator

Ratna langsung teringat kejadian seminggu yang lalu, teringat pada kejadian yang hamper saja membahayakan dirinya. Teringat pada laporan yang telah dibuatnya di kepolisian.

“Ya sambungkan……..”ucapnya cepat.
“Bu saya Briptu Sutiran dari kepolisian, hendak menyampaikan kabar….”terdengar suara ramah polisi yang sangat di kenalnya itu.
“Bagaimana pak Sutiran………?”Tanya Ratna tak sabar.
“Begini bu, penodongnya telah tertangkap, tetapi beberapa barang ibu tak dapat kami ketemukan, silakan ibu mampir ke kantor siang ini, saya tunggu…”tutur polisi itu dengan tutur teratur.
“Baik pak, jam 12 siang ini saya ke datang ke kantor…..” ucap Ratna terburu-buru.
“Terima kasih sebelumnya pak……….”tambah Ratna tak lupa.

Pas jam 12 saiang itu Ratna telah berada di kantor polisi sebagaimana disebutkan oleh Briptu Sutiran. Duduk menghadap meja Briptu Sutiran.

“Selamat siang bu Ratna……..”sapa sosok yang keluar dari ruangan sebelahnya memegang sebuah bungkusan.
“Selamat siang pak Sutiran….”sahut Ratna tersenyum. Menmpakkan barisan teratur gigi putihnya. Memang siang itu Ratna mengenakan blouse ketat, menonjolkan kewanitaanya denga bahann yang tipis menerawangkan bra krem yang dikenakannya, di padankan dengan rok selutut dengan belahan yang cukup tinggi, menonjolkan keputihan batang pahanya. Tak luput paha tersebut menjadi persinggahan mata nakal sang petugas.

“Betul ini barang milik ibu………?”Tanya Briptu Sutiran menyerahkan bungkusan tersebut ke hadapan Ratna. Denagan cepat Ratna membuka bungkusan tersebut, matanya terbelalak dengan senyum girang.

“Betul pak..! Ini betul Hp saya………………”ucapnya kegirangan.
“Terimakasih pak……, tapi……………….”ucapnya terputus.
“Perhiasan ibu tak dapat kami ketemukan, menurut pelaku penodongan tersebut perhisaan itu telah dijualnya pada seseorang…, mohon maaf bu hanya ini yang bisa kami bantu…” tuturnya menerangkan.
“Ga apa-apa pak…., biarkan saja, hp ini yang terpenting….”sahut Ratna menarik napas lega.
“Sekali lagi terimakasih pak Sutiran…….”ujarnya pelan, mengemasi hp tersebut.
“Oh ya…., ini sekedar pengganti bensin……..”ujar Ratna mengansurkan lipatan 2 lembar uang ratusan ribu.
“Jangan, jangan bu………….ini sudah menjadi kewajiban kami..”Ucap Briptu Sutiran mendorongkan tangan Ratna.
“Bagaimana ini….saya bingung membalas pertolongan bapak….”sambil berkata Ratna memasukkan kembali uang tersebut kedalam tas tangannya.
“Ga usah bu….., sudah menjadi pekerjaan kami hal begini….”terang Briptu Sutiran tegas.
“Atau beginilah pak, sekedar tanda terimakasih saya, jangan bapak menolak permintaan saya kali ini. Saya yakin bapak belum makan siang begitupun saya, maka saya mengajak bapak untuk menemani saya makan siang.., bagaimana setuju…?ucap Ratna tak kehilangan akal.
“Kalau itu boleh bu…….”sahut Briptu Sutiran tersenyum.
“Kita berangkat sekarang……..?Tanya Ratna.
“Begini saja, ibu keluar terlebih dulu, tuinggu saya di parkiran, saya kan selesaikan dulu urusan administrative barang-barang ibu….”tuturnya kembali.
“Ok, saya tunggu bapak di mobil…….”ujar Ratna melangkah ke luar dari ruangan tersebut diiring tatapan mata beberapa petugas mengiringi langkahnya yang teratur,

Tak makan waktu lama, Briptu Sutiran dan Ratna telah berada di sebuah fastfood. Bersama mereka makan siang. Percakapan mereka mengalir mencairkan kekakuan yang terikat oleh sikap kerja mereka. Beberapa kali Ratna tertawa oleh lelucon yang disampaikan oleh sang petugas itu. Tak terasa waktu harus memisahkan mereka kembali pada kesibukan rutinitas biasanya. Ratna pun tak keberatan saat Sutiran meminta nomer hpnya dan berjanji akan kembali menelepon. saat ia mengantarkan Briptu Sutiran kembali ke kantornya.. Simpatinya telah tumbuh, merasakan sosok Sutiran bagai seorang kakak yang tak pernah dimilikinya karena ia adalah anak tunggal.

Mulai saat itu rtana sering di telepon olehSutiran. Baik saat di kantor ataupun ketiika di rumah saat suaminya tak ada. Pembicaraan mereka makin hangat. Tak jarang Ratna menceritakan keadaannya dan tuntutan keluarga suaminya yang menginginkan ia segera hamil. Dan Sutiran pun memberikan beberapa petuah-petuah yang sangat masuk ke dalam hati Ratna.

Ratna seolah – olah menemukan siraman kesejukan dari seorang kakak. Tak segan- segan ia menceritakan mertuanya yang sungguh menuntut kehadiaran seorang anak dari rahimnya. Tak ketinggalan pemeriksaan oleh dokter yang menyatakan mereka berdua tidak mempunyai masalah dalam reproduksi mereka. Sutiran hanya menyarankan bersabar.

Suatu siang Ratna menelepon..

“Mas Sutiran, sore ini aku mau ke rumah…,ada yang akan aku ceritakan..”terdengar suara kesal Ratna. Panggilan ‘mas’ telah terbiasa di ucapkan Ratna terhadap ‘kakak’ nya itu.
“Ya Sudah…..nanti kutunggu………….”sahut Sutiran bernada lembut.

Tak sabar Ratna melewatkan jam demi jam berlalu. Ingin ia cepat-cepat melepaskan kesal hatinya, menceritakan ganjalan hatinya saat itu. Dan begitu jam menunjukkan pukul 4 sore, setengah berlari ia menuju parkiran, menstarter mobilnya dan meluncur cepat di kemacetan jalanan kota Solo sore itu.

Sejam kemudian mobilnya telah sampai pada ujung jalan di mana titik terakhir mobil bisa masuk. Melangkah dengan tergesa menuju rumah kontakan Sutiran. Sutiran telah berdiri di depan pintu hanya mengenakan singlet dan sehelai sarung, pakaian santai kegemarannya.

“Ada apa lagi………?”Tanya Sutiran memandang keheranan pada tubuh sintal yang melangkah masuk dan menghempaskan diri di sofa di tengah ruangan tersebut.
“IItu..Mas Rio, kemarin ia juga menyalahkan aku kenapa ga hamil-hamil….!ucapnya bersungut-sungut. Diterangkannya Rio suaminya yang tengah keluar kota berbicara di telepon mengenai ketidak hamilannya.

“Mungkin ia lagi stress oleh beban pekerjaan kantor…”Ujar Sutiran menenangkan.
“tapi tak biasanya ia begitu, selama ini dia tak pernah menyalahkan aku….” Ujar Ratna tetap ngotot tetapi dengan suara yang makin me lembut.
“Sudah kamu cuci muka dulu sana, biar segar bariu teruskan……”perintah Sutiran

Dengan bersungut-sungut Ratna menurut dan melangkah menuju kamar mandi yang ditunjukkan Sutiran. Setiap gerakan langkah Ratna tak luput dari tatapan sudut mata Sutiran. Kini ia sadar wanita muda itu memiliki tubuh yang bagus dengan kulit yang bersih, sangat proporsional sekali. Gairah kelelakiannya yang bangkit. Pikiran kotornya mulai bekerja.

Ratna keluar dari kamar mandi sambil tersenyum. Kedua lengannya menyisir rambutnya yang lebat, memperlihatkan leher putihnya berkilau bak pualam di timpa cahaya senja. Kembali duduk, kini mereka duduk bersisian. Kembali mereka bercakap-cakap dalam suasana hangat. Ratna telah melupakan persoalannya denga suaminya Rio. Tertawa-tawa ia mendengar gurauan Sutiran.

“Tak usahlah di dengar perkataan Rio itu…, anggap saja tak pernah ada…”ujar Sutiran perlahan.
“Sayangkan, cantik-cantik begini cepat menjadi keriput oleh pikiran mengenai hal-hal itu….”tambahnya.
“Kamu masih muda, kalau Rio sudah tak suka lagi masih banyak lelaki ganteng bisa kamu dapatkan….”suara itu terdengar lembut merasuk hati Ratna.

Usapan tangan Sutiran pada rambutnya ikut menambah pengaruh atas perkataannya. Tangan Sutiran turun, menggapai dagu Ratna. Mengangkatnya sehingga mereka bertatapan

“Bersenang-senang sedikit kan tak salah…………..”senyum Sutiran.

Ratna terpukau oleh kata-kata Sutiran barusan. Meresapi dan menyelami maknanya. Tiba-tiba tergagap ia saat bibirnya telah di kecup dan di cium oleh Sutiran. Pikirannya kembali tak memahami artinya. Tetapi ia dapat menerka ujungnya.

“Kok mas jadi begini………….?”tanyanya heran bercampur bingung.
“Tak usah ditanyakan,………..”tukas Sutiran.
“Bukan begini,…..inii ga boleh mas…..”sahut Ratna mendorong Sutiran yang terus maju.
“Mmhh………………………….”ucapannya terputus oleh lumatan bibir Sutiran yang merangsek terus maju.

Tindakan Ratna mendorong tersebut bukannya menyebabkan Sutiran terdorong, malah menbuat dirinya sendiri terdorong rebah di sofa. Tubuh Sutiran ikut rebah menindih tubuh sintalnya.

Ratna mengerakkan kepalanya kekiri dan ke kanan menghindari bibir Sutiran yang merangsek maju. Kakinya menendang-nendang yang malah menyibakkan roknya tersingkap lebih ke atas. Sutiran makin kerasukan. Ditariknya blouse Ratna dalam sebuah sentakan, memutus seluruh kancingnya, memampangkan kemulusan kulit tubuhnya di depan mata Sutiran. Dengan sebuah sentakan kembali kait pengingat bra penutup payudaranya putus, menggetarkan bulatan padat kembar itu ke udara.

“Ja….jangan …mas ouh…………..”pinta Ratna. Ucapannya tenggelam dalam lumatan bibr Sutiran pada puncak Buah dadanya. Dengan ahli di kulum dan di lumatnya. Ratna tak kuasa berteriak, bibirnya kelu oleh rasa geli yang tidak biasanya. Lidah Sutiran bermain pada puncak dadanya dengan tekun. Tangan kiri Sutiran turu dan menemukan batang paha yang mulus, mengelus dan merabanya dengan perlahan dari lutut menuju ke atas. Berhenti pada karet celana dalam satin yang di kenakan Ratna. Menggenggam karet tersebut, menyentakkannya dengan kuat. Putuslah sudah pelindumg terakhir yang dikenakabn Ratna. Tubuh bagian atasnya telah telanjang, roknya teleh tersingkap ke pinggang sedangkan celana dalamnya pun bernasib serupa meninggalkan pemiliknya dalam ketelanjangan.

Kedua tangan Ratna yang tadi mencengkram bahu Sutiran, kini telah menggerumasi rambut cepak Sutiran. Larut dalam gelora birahi yang dengan sangat ahli dibangkitkan oleh lelaki berwajah garang itu.

Tiba-tiba Sutiran menarik tubuh sintal Ratna,membopongnya menuju kamar tidur dan langsung merebahkannya di kasur. Dan dengan cepat wajahnya meluruk ke bawah, menuju pertemuan ke dua paha yang mengatup erat. Menjilati kedua batang paha tersebut denga lidahnya yang kasap. Mulai dari bagian luar ke bagaian dalam, menjalar terus naik menemukan segitiga terbalut bulu halus yang menghitam. Menjilat disana…!!!

Perlahan kedua paha tersebut membuka menghindari kegelian perlakuan lidah Sutiran. Dan justru itulah yang di kehendaki oleh Sutiran.

“Ahhhh……..mass………………”jerit Ratna saat lidah kasap Sutiran menjelajahi miliknya paling pribadi. Mencucupi kelembutan memerah muda yang terbit. Tubuh sintalnya melenting dalam posisi terduduk mengangkang. Napasnya tersengal-sengal. Dengan mata berlinang ia pasrah pada kehendak tubuhnya yang menyambut setiap gerakan lidah Sutiran.

Kedua tangan Sutiran tak tinggal diam meremas dan mengelus bongkahan padat dada Ratna.memilin putingnya dengan lembut. Menyebabkan tubbuh mulus Ratna mengerinjal-gerinjal ke-sangat-gelian. Pinggulnya bergerak demonstratif mengimbangi liiarnya lidah Sutiran. Mengayun maju mundur pada.setiap gelitikan lidah Sutiran pada liang kewanitaannya yang telah basah.

Sutiran bangkit. Melepas singlet dan sarungnya, memprtontonkan tonjolan berototnya menjulang bak tugu. Menarik pinggul Ratna mendekat kearahnya. Membuka kedua kaki tersebut melebar. Menempatkan batang tegarnya di permukaan lepitan kewanitaan Ratna.

“Ahhhh…………………………….”pekik Ratna saat ujung membola batang Sutiran membelah lepitan kewanitaannya. Menguakkannya agar dapat masuk. Memaksanya mengembang…..

Ratna tersengal-sengal merasakan ujung membola tersebut menggerus permukaan lembut di dalam kewanitaannya. Sutiran bergerak kembali. Mendorong dengan paksa…

Terasa olehnya betapa kelembutan basah kewanitaan Ratna mencekal laju batang tegarnya. Sambil memegang pinggul Ratna denga kedua tangannya, Sutiran bergerak lebih kuat dari sebelumnya. Mendorongkan batang tegaknya lebih dalam. Terasa berderik-derik lingkaran cincin di dalam kewanitaan Ratna sepanjang perjalanan batang tegar tersebut. Terus maju perlahan tapi pasti…

“Ahhhh…………………………..”pekir Ratna kembali dengan biji mata yang kelihatan putihnya saja. Tubuhnya lemas dan ambruk dari posisi duduknya, rebah terlentang di atas kasur.

‘Bukan main………hebat……….’batin Ratna merasakan momen yang baru saja di alaminya.

Sutiran mulai bergerak. Dalam posisinya berdiri di atas lantai dan Ratna yang rebah di kasur memberikan keleluasaan baginya untuk memompa. Tubuh tegapnya bergerak ritmis. Konstan mengayun pinggulnya. Memenuhi kehendak mendasar setiap manusia. Manggali se dalam-dalamnya sumur kenikmatan fana.

Ratna hanya bisa tersengal-sengal. Berkali-kali tubuhnya menggerinjal dengan kepala yang terlempar kekiri dan kekanan. Rambutnya telah awut-awutan dengan tubuh yang di penuhi butir-butir keringat. Seksi sekali pemandangan yang ada di hadapan Sutiran saat itu.Sungguh luar biasa rasa nikmat yang menderanya kali ini. Menerbangkannya dengan cepat menuju puncak.

“Ouh…….ohhh………………….”erang Ratna lirih. Kedua tangannya mencengkeram sprey ranjang, menariknya dengan gemas.

Sutiran terus memeompa,makin lama makin cepat. Menghujamkan batang berototnya semakin cepat. Di selingi kecipak kecipak seksi mengalun dari perbenturan kulit mereka.

“Ahhhhh…..mfhh..,ouhhhhhh……….”pekik Ratna terputus-putus. Puncak kenikmatan yang datang bergemuruh menyeretnya dalam gulungan rasa tak terkira. Melambungkan emosinya ke titik tertinggi yang pernah di raihnya. Tubuhnya mengejang,,bergetar dna menggeliat liar diatas kasur. Otot melingkar di dalam liang kewanitaannya berdenyut d-denyut, seolah-olah mengurut dan memeras urat berotot milik Sutiran yang bergerak terus maju mundur bak paku bumi.

“Uhfh…………………………”Sutiran melenguh merasakan pijatan otot melingkar dalam kewwanitaan Ratna mencekal erat batang berototnya ketat sekali seolah olah belitan ular pada mangsanya. Tapi ia terus bergerak…., menyempurnakan pencapaiannya.

Ratna yang telah terbaring lemas kambali tergelitik dengan cepat gejolak birahinya. Di gapainya tangan Sutiran dan kembali berada pada posisi duduk. Memandang dengan takjub pada selangkangannya yang sedang ‘di bor’ oleh otot berurat milik Sutiran. Keluar masuk tak henti-henti dalam gerak yang konstan. Pandangan Ratna sesekali beralih pada wajah Sutiran yang sedang serius konsen menggerakkan pinggulnya sambil menggeretukkan giginya, menahan agar ia tak terpancur lepas terlebih dahulu.

Tak merasa cukup, Ratna menggapai pinggang Sutiran dan mencengkeramnya kuat. Mulai dengan perlahan mengayun pinggulnya berlawanan arah dengan Sutiran. Berusaha menggandakan rasa nikmat yang timbul. Kedua kakinya melingkar di belakang Sutiran, saling berkait untuk mengunci. Napas keduanya telah memburu hebat.Gerakan mereka seirama makin lama makin cepat dan akhirnya…

“Ahhh……..Ahh……Ngghhhh………..”pekikan dan rengekan tak putus-putus keluar dari bibirmungil Ratna. Tubuhnya mengejang dengan mata mendelik. Puncak yang lebih dahsayat menggulung emosinya bergemuruh bak datangnya gelombang air bah. Melontarkan tubuhnya ke langit berwarna warni, melayang –layang dalam buaian lembut.yang tak pernah di capainya sebelumnya.Tak kuasa menahankan rasa yang demikian hebat, didigigitnya dada bidang Sutiran….!!!!

“Mmfh…………Rrghh…………………”geram Sutiran menyentakkan tubuhnya. Membenamkan btang berototnya sedalam-dalamnya pada liang kewanitaan Ratna, sambil mencengkearam kuat pinggul berbentuk indah itu.. Tersentak-sentak tubuhnya saat materi hangat dan kental miliknya menyembur secara sproradis, membasahi liang sempit tersebut. Tubuhnya pun ambruk menimpa tubuh putih Ratna yang telah basah di sana sini. Terdiam mereka dalam keheningan. Menikmati rasa yang tersisa dan keletihan yang amat sangat.

Setelah menyadari, Ratna sesengukan, dirnya telah ternoda. Pikirannya berkecamuk bingung antara harga diri dan reaksi tubuhnya atas perlakuan Sutiran. Sangat kontradiktif. Tapi apalah artinya nasi telah jadi bubur. Akhirnya dengan tubuh lunglai ia mengemasi pakaiannya, melangkah pelan dalam kegelapan malam.

Setibanya di rumah segera ia mandi dan membersihkan sisa-sisa persetubuhan liarnya dengan Sutiran. Langsung ia tertidur nyenyak.

Hari-hari selanjutnya Ratna kembali bekerja seperti biasanya, hanya sikapnya lebih banyak diam. Pikirannya melayang pada peristiwa beberapa hari lalu. I a sungguh merasa harga dirinya terkoyak-koyak. Tetapi anehnya ia sangat menikmati perlakuan Sutiran. Masih berbekas rasanya jamahan lelaki itu pada dadanya, lidahnya yang liar bergerak dalam liang kewanitaannya. Dan batang berototnya serasa masih berada dalam cekalan penuh liang kewanitaannya. Tak disadarinya gairahnya kembali tergelitik.

“Halo, bisa bicara dengan Briptu Sutiran………” sura Ratna terdebgan bergeletar di telepon.
“Sebentar bu, dengan siapa ya………………..?” sahut penerima di sana.
“Dari ibu Ratna……………………………………”jawab Ratna cepat.
“Sebentar bu……………………………………..” terdengar seuara memanggil Sutiran di kejauhan.
“Halo………………………………………………”terdengar suara yang akrab di telinganya.
“Dengan Briptu Sutiran………………………….?”Tanya Ratna.
“Betul……………………………………………...” tukas sipenerima singkat.
“Mas, aku Ratna….masih ingat kan…………...?”ujar Ratna.
“Jelas dan takkan pernah lupa…………………”sahut nya tegas.
“Mas, nghhh……..aku ada perlu……………….”ujar Ratna terbata-bata.
“Hmmmm………………………………………...” gumam Sutiran.
“Aku ke rumah nanti sore………………………” cepat sekali perkataan tersebut keluar dari mulut mungil Ratna.
“Siap-siap ya……………………………………..”tambah Ratna seraya menutup pembicaraan tersebut.

Terdiam dan bingung Sutiran memegang gagang telepon tersebut. Namun akhirnya ia tersenyum simpul dan meletakkan gagang telepon tersebut.

‘Hmm……..pasti Ratna menginginkan kejadian sore itu terulang kembali……’batinnya girang. Melangkah sambil bersiul-siul ia kembali menuju mejanya. Dapat ia bayangkan betapa tubuh telanjang Ratna menggeliat-geliat dalam pelukannya.

Sejak saat itu Ratna jatuh pada keperkasaan Sutiran dan merekapun sering melakukan persetubuhan di rumah Sutiran. Kadang mereka mereka melakukan di Tawangmangu jika Rio sedang keluar kota. Ratnapun akhirnya bertekuk lutut pada kehebatan Sutiran diatas ranjang dan seolah ketagihan terus untuk melakukannya berulang kali. Sutiran seperti mendapat durian runtuh, karena selain birahinya dapat tersalurkan juga ia sering memanfaatkan Ratna secara finansial, tak jarang ia meminta sejumlah uang untuk keperluannya. Sedang Rio suami Ratna tidak mengetahui perselingkuhan itu .

Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar