Senin, 29 Desember 2014

“Kok Jadi Tambah Gede Sih, Mas?”


Ketika menerima Surat Perintah untuk mengikuti training dinas di luar kota, hatiku langsung berbunga-bunga bercampur bangga. Itu artinya tak lama lagi aku akan dapat promosi. Tak sabar menunggu saat pulang kerja, kutelepon istriku, sebut saja namanya Putri. Ia tak kalah gembira menerima kabar dariku.

“Habis itu naik gaji dong, Mas?”, celetuk Putri. Aku hanya tertawa menanggapinya.

Meski senang, tapi terbersit rasa sedih dalam hatiku, karena training itu berlangsung selama 2 bulan. Sejak menikah dan punya anak belum pernah aku meninggalkan istri dan anakku selama itu. Paling seminggu. Itu saja aku sudah merasa sangat tersiksa didera kerinduan pada mereka. 
Untungnya tempat tinggal mertuaku tak jauh dari rumahku. Jadi aku bisa menitipkan istri dan anak semata wayangku di sana selama aku pergi.

Surat Perintah yang kuterima 3 hari sebelum keberangkatan, dan sehari sebelum berangkat perusahaan memberi libur 1 hari untuk mempersiapkan diri. Aku bisa langsung berangkat tanpa harus melapor ke kantor lebih dulu. Tapi karena aku masih ada tanggungan pekerjaan, aku ngantor sebentar, dan jam 9 pagi saat kerjaanku kelar aku pulang lagi.

Sampai di rumah kulihat Putri sedang mengepel lantai ruang tengah. Ia sedang seorang diri, karena anakku sedang sekolah PAUD. Setiap hari neneknya lah yang menjemput dan pulangnya kadang langsung ke rumah, kadang main dulu di rumah beliau yang bersebelahan dengan sekolah anakku.

Pelan-pelan kututup dan kukunci pintu depan rumah. Hal ini kulakukan karena aku ingin menikmati hari itu berdua saja dengan Putri. Maklum mau pergi lama, aku harus manfaatkan betul kebersamaan dengannya sepuas-puasnya, karena setelah itu “puasa” 2 bulan. Apalagi posisi mengepel Putri yang nungging dengan daster agak basah, sehingga celana dalamnya tercetak jelas di dasternya. Otomatis gairahku bangkit.

Begitu melepas sepatu aku pun langsung berlutut di belakang Putri dan kemudian mengelus-elus pantatnya yang geyal-geyol itu. Ia sempat kaget, tapi langsung tersenyum begitu melihatku.

"Dah pulang, Mas.?" tanyanya.

"Iya. Liat kamu, punyaku langsung nafsu, hehehe..." candaku.

"Aku ‘kan lagi ngepel, Mas. Ntar aja ya kalo dah selesai." katanya.

Aku tak menghiraukan tawarannya. Kusingkap bagian bawah dasternya hingga ke atas pinggangnya yang aduhai itu hingga terlihat celana dalam putihnya. Tak sampai sedetik celana dalam itu sudah terlepas. Putri menghentikan mengepel dan menolehku tanpa sepatah kata, karena ia tahu apa yang kuinginkan.

Putri hanya pasrah saja saat kuciumi, kujilati dan sesekali kukecup dengan hisapan di pantat lalu menjalar ke vegy-nya, sementara jari tanganku menyusup di selangkangannya untuk mengerjai sang vegy. Sesekali ia mendesah lirih. Lama-lama vegy-nya basah, entah karena ludahku atau karena pelumasnya sudah mulai keluar. Aku berdiri sebentar untuk melepas celana dan celana dalamku dan kemudian kembali ke posisi berlutut di belakang Putri. Vegy-nya kugesek-gesek dengan kepala batangku yang diiringi dengan desah syahdu Putri.

Karena aku sudah tak tahan lagi, kudorong pantatku untuk memasukkan batangku ke dalam vegy Putri. Desah kenikmatan kami bersahut-sahutan, mengiringi tiap pergerakan batangku dalam vegy Putri yang masih terasa sempit. Mungkin karena ketika melahirkan dulu melalui operasi caesar yang terpaksa dilakukan karena pinggulnya kecil.

Mula-mula aku bergerak perlahan dan lembut untuk menikmati nikmatnya vegy sempit Putri. Seiring dengan meningkatnya rangsangan yang tercipta di setiap pompaanku, lama kelamaan genjotan pantatku makin cepat, sehingga menimbulkan suara tepukan di setiap benturan pinggulku di pantat Putri. Suara tepukan-tepukan itu seolah bersaing dengan desah dan erangan nikmat istriku yang selalu terdengar syahdu dan merangsang di telingaku.

Gara-gara lantai yang masih basah oleh air dan obat pel serta genjotan hebohku, lututku terpeleset hingga membuat Putri terdorong dan jatuh telungkup di lantai dengan batangku yang masih menyumpal vegy-nya. Karena sedang sama-sama diliputi birahi tinggi kami berdua meneruskan acara persetubuhan dengan posisi aku menindih pantat Putri. Tak lama kemudian ia memekik agak sedikit keras karena dia telah mencapai puncaknya. Meski begitu aku terus saja memompanya. Kurasakan vegy Putri berkedut-kedut cukup lama dan kuat.

"Mas, aku lemes banget", kata Putri dengan nafas tersengal-sengal. Kuhentikan genjotanku dengan membenamkan dalam-dalam batangku di vegy-nya.

"Tapi aku belum keluar nih … Terus gimana?", aku bicara dengan nafas yang juga memburu.

"Ya udah terusin aja, tapi ganti aku telentang aja ya mas. Jangan lupa nanti kamu harus nerusin ngepelku sampe selesai, soalnya aku lemes banget nanti", jawabnya.

"Iya deh... Yang penting bisa enak-enakan sama kamu, sayang", rayuku.

Putri pun telentang dengan daster yang sudah tersingkap di atas dada besarnya yang tak mengenakan BH. Begitu ia mengangkang kuterobos selangkangannya dengan batangku yang langsung menghunjam deras ke vegy-nya. Kutekuk tubuhku di atas tubuh Putri, sehingga aku bisa mengisap dan menjilati putingnya, sementara pinggulku bergoyang memompanya. Tak lama kemudian Putri memekik tertahan dan mengangkang makin lebar disertai goyangan pinggulnya. Rupanya ia orgasme lagi, yang terasa melalui denyutan dinding vegy-nya yang seperti meremas-remas dan menghisap batangku. Aku pun mempercepat goyanganku karena merasa akan mencapai klimaks.

Kami saling berpelukan sambil berbaring di lantai yang masih basah sesaat setelah spermaku memancar di dalam vegy istriku tercinta. Sesekali kami berciuman dengan nafas yang tak beraturan.

"Kamu ganas banget, Mas" celetuk Putri.

Aku terkekeh, "He he he ... Abis aku nafsu liat pantatmu pas ngepel tadi".

"Mandiin aku, Mas. Aku lemes banget nih. Tapi inget ... di kamar mandi nanti jangan digenjot lagi loh", katanya.

"Yaah ... Gimana dong kalo aku nafsu lagi waktu mandiin kamu?" rengekku mesra.

"Ya udah, Mas selesaiin aja ngepelnya. Aku mandi sendiri aja daripada nanti dibikin lemes lagi", jawab Putri sambil tersenyum manja.

Apa boleh buat. Karena upah ngepelnya sudah kunikmati, jadi tinggal ngepelnya. Memang sih biasanya kalau Putri lagi sibuk, terus aku ajak tempur, ujung-ujungnya pasti aku yang harus ngelanjutin kerjaanya. Entah itu nyapu, ngepel atau cuci piring. Tapi bagiku itu tak masalah, karena itung-itung ikut meringankan tugasnya. Biasanya setelah aku ajak tempur istriku langsung tidur walaupun sebentar. Dia bilang, kalau habis kugenjot badannya jadi lemes banget. Lucunya, saat ia bangun dan kuajak tempur lagi dia oke-oke saja. Hal itu membuatku geleng-geleng kepala karena geli. Selesai ngepel aku mandi lagi dan menyusul Putri ke kamar untuk tidur di sampingnya yang sudah terlelap kelelahan.

Ketika bangun jam 2 siang kulihat Putri sudah tak ada di sampingku. Sayup-sayup kudengar suara berisik dari dapur. Rupanya ia lagi menyiapkan makan siang. Setelah makan bersama, aku dan Putri menjemput anakku di rumah neneknya. Kami di sana sampai sore, karena kebetulan saat itu ada beberapa saudara kami yang datang juga, sehingga banyak keponakan kami yang seumuran dengan anakku bermain bersama sampai menjelang malam. Itulah sebabnya ia merengek tak mau diajak pulang dan ingin menginap di rumah neneknya, karena banyak temannya. Aku dan Putri pun akhirnya pulang berdua saja.

Sampai di rumah aku beres-beres, mempersiapkan keperluan untuk kubawa dalam training selama 2 bulan itu. Jam 8 malam baru selesai beres-beresnya dan aku makan malam bersama Putri. Kebetulan dia bawa sayur dan lauk dari rumah orangtuanya, jadi tak perlu repot-repot masak lagi.

Usai makan aku dan Putri ke ruang tengah untuk nonton TV. Kami duduk di karpet sambil bersandar di dinding. Lagi enak-enaknya nonton TV tangan nakalku bergerilya ke tubuh Putri yang mengenakan daster putih. Mungkin karena suasana sepi, jadi timbul keusilanku. Istriku tahu kalau aku sedang nafsu lagi, jadi dia pun mendahului memagut bibirku, sementara tanganku terus menjelajahi tubuhnya. Ketika sudah sama-sama terangsang, kami pun melepas pakaian masing-masing sampai bugil.

"Aduh, Mas. Aku kepingin main, tapi filmnya bagus. Main di sini aja yuk?" ajaknya.

Aku sih tak masalah mau main di mana saja. Karena saat itu hanya aku berdua saja dengan Putri, main di ruang tengah pun jadi. Memang kami jarang tempur di selain kamar kami ada anak kami. Kubuka kedua kaki Putri hingga ia mengangkang sambil duduk dan aku langsung tiarap di antara kedua kakinya agar bisa menyerbu vegy-nya dengan mulutku.

Sesekali Putri mengerang, tetapi dengan pandangan tak lepas dari TV. Entah apakah dia masih konsentrasi dengan film yang ditontonnya atau tidak, yang jelas aku terus menjilati vegy istriku yang kuanggap paling indah dan nikmat itu. Jariku pun tak tinggal diam. Kususupkan jemariku di antara lidahku ke dalam vegy Putri keluar-masuk sambil mengait-ngait ke arah atas bibir vegy-nya.

Aku terus melakukan itu sampai-sampai Putri membekap mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan suara. Mungkin takut terdengar tetangga atau orang yang lewat depan rumah. Memang jika aku mengait-ngaitkan jariku ke bagian atas vegy istriku akan membuatnya cepat orgasme dan keluar cairan yang lumayan banyak. Begitu pun malam itu. Dalam waktu yang tak terlalu lama Putri memekik tertahan dengan tangannya masih membekap mulutnya sendiri. Tubuhnya mengejang dan dari vegy-nya keluar cairan dengan deras, bahkan sempat juga muncrat sekali.

"Mas, udah, Mas. Jangan di gituin terus. Ngilu ..." desisnya.

"Giliran aku yah?" pintaku.

Putri hanya menganggukkan kepalanya. Ia beranjak dari duduknya dan aku telentang di dekatnya. Tangan hangat Putri mulai meremas lembut batangku dan disusul mulutnya untuk memberi kehangatan pada batangku. Jilatan-jilatan lidahnya sambil tangan kanannya meremas “telorku” membuat pori-poriku meremang dan panas-dingin. Terlihat sekali ia menjiwai oralnya demi untuk menyenangkan suami.

Mulut istriku bergerak naik-turun di sepanjang batangku membuatku semakin bernafsu padanya. Kuremas-remas payudaranya sambil sesekali memilin-milin putingnya dengan lembut dan penuh perasaan.

Kuluman-kuluman Putri pada batangku biasanya hanya sebentar. Tak terkecuali saat itu karena katanya dia tak terlalu pintar dalam hal oral. Selain itu, mulut dan rahangnya jadi pegal kalau kelamaan mengoral. Aku bisa memaklumi itu dan tak memaksanya untuk mengulum terus.

Istriku kemudian beralih duduk di pangkuanku dengan posisi membelakangiku sambil mengarahkan batangku untuk masuk ke dalam vegy-nya. Begitu batangku ambles ke dalam vegy-nya, Putri pun mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun sambil pandangannya tertuju ke TV. Sungguh hebat istriku ini. Walau bagaimanapun keadaannya dia tetap mau melayaniku. Ibarat sambil menyelam minum air, ia tetap bisa menikmati jalannya film (entah dia masih fokus dengan filmnya atau tidak) sambil memberiku kenikmatan melalui aksi pinggulnya yang begitu luar biasa, yang kadang berupa putaran-putaran kadang naik-turun. Itu yang membuatku makin cinta padanya.

"Mas, genjotin dari bawah dong. Aku capek nih", pinta Putri.

Ia langsung berpegangan di lututku yang kutekuk ke atas agar aku bisa dengan mudah memompa vegy istriku dari bawah. Hanya saja dalam posisi ini suara tepukan yang timbul jadi tambah keras. Itulah sebabnya kami ganti posisi lagi dengan istriku menungging dan aku berlutut di belakangnya untuk memasukkan kembali batangku ke dalam vegy-nya

Genjotanku santai tapi sangat menekan ke dalam, sehingga tubuh Putri berkali-kali ikut terdorong ke depan. Kemudian ia menurunkan kepalanya seperti sedang bersujud. Biasanya jika ia sudah mengambil posisi seperti ini berarti sedang menjelang kilmaksnya. Jadi aku langsung mempercepat pompaanku karena memang aku juga sudah di ujung.

Tak lama kemudian Putri menutup mulutnya sendiri dengan satu tangannya. Bersamaan dengan itu batangku merasakan kedutan-kedutan khas saat orgasme dan entah kenapa kedutan-kedutannya begitu kuat dan lama, hingga aku tak bisa lagi menahan spermaku. Jadilah vegy istriku malam ini banjir spermaku yang bercampur dengan cairannya hingga menetes-nestes di karpet.

Keesokan harinya aku berpamitan pada Putri dan mertuaku. Sengaja Putri dan anak kami kutitipkan pada beliau agar aku bisa mengikuti training dengan tenang. Memang berat sekali hati ini meninggalkan mereka untuk 2 bulan ke depan, tapi demi tugas dan masa depan karirku, kukuatkan batinku. Aku pun berangkat sendiri dengan bermobil menuju tempat training yang berada di luar kota.

Hari pertama training hanya diisi dengan pembukaan dan perkenalan yang berlangsung tak sampai tengah hari dan para peserta dipersilakan untuk istirahat agar besok dapat mulai mengikuti training. Kebetulan di tempat training itu ada mess yang dilengkapi dengan fasilitas wifi, jadi aku menginap di sana.

Malamnya, usai mandi aku mulai browsing di internet dengan laptop yang kubawa. Tanpa sengaja aku menemukan situs yang menawarkan program terapi untuk memperbesar penis denga panduan e-book. Iseng-iseng aku memesannya karena harganya relatif murah. Setelah melalui proses pembayaran lewat kartu kredit, e-book yang kubeli dijanjikan akan dikirim beberapa jam kemudian.

Keesokan harinya, sepulang dari training yang dimulai jam 7 pagi dan selesai jam 5 sore aku membuka e-mailku. Ternyata e-book yang kupesan sudah masuk dan langsung kubaca dengan seksama. Menurutku penjelasannya cukup sistematis dan logis, apalagi ada testimonial dari beberapa penggunanya yang mengatakan berhasil. Entah itu benar atau sekedar rekayasa pengelola e-book, aku tak peduli. Yang penting aku ingin membuktikan sendiri manfaat dari terapi yang tertuang dalam e-book itu, yang bahkan juga menyatakan bisa bertahan lebih lama di ranjang. Malam itu juga aku menyiapkan semua yang kubutuhkan untuk mencoba terapi itu.

Aku tak lagi sempat mengukur batangku karena tak tegang. Mungkin karena tak ada istriku, jadi dia ngambek tak mau tegang, hehehe … Kuikuti betul-betul semua petunjuk dan cara melakukan terapi yang ternyata mengasyikkan. Aku enjoy saja melakukannya, itung-itung untuk menghilangkan stres dan kejenuhan akibat beban training. Tiap malam aku rutin melakukan terapi itu, kupikir walaupun nantinya tak membuahkan hasil, tapi setidaknya aku bisa menghilangkan stres.

Jauh dari istri anak yang semula berat bagiku lama-lama jadi tak terasa, karena di samping kesibukan training, aku punya kegiatan sampingan melakukan terapi.

Ternyata, masa training yang seharusnya selesai dalam waktu 2 bulan harus diperpanjang lagi selama 2 minggu karena para peserta training belum bisa menyelesaikan program dan terapannya di lapangan. Kabar itupun kusampaikan pada Putri dan ia tetap memberikan semangat, walaupun sebenarnya ia sudah sangat rindu padaku. Akan halnya terapi yang kujalani tak kuceritakan pada Putri, karena kuanggap tak penting dan hanya sekedar iseng untuk mengobati stres saja.

Untungnya, perpanjangan waktu yang semula dijadwalkan selama 2 minggu berhasil diselesaikan oleh peserta training dalam waktu 6 hari. Dengan demikian, maka pada hari ketujuh kami mengadakan perpisahan sekaligus penutupan training, esoknya kami pulang ke rumah masing-masing. Kukabarkan hal itu pada Putri dan ia terdengar sangat gembira.

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan dengan mobil aku langsung meluncur ke rumah mertuaku. Hari sudah agak sore sekitar jam lima. Ternyata saat itu banyak saudara-saudara yang datang, sehingga rumah mertuaku ramai sekali. Lagi-lagi anakku tak mau diajak pulang karena banyak teman sebayanya di sana. Neneknya juga malah senang kalau cucu-cucunya nginap di rumahnya yang lumayan besar. Akhirnya hanya aku dan istriku yang pulang ke rumah. Sampai di rumah aku langsung mandi, sementara Putri memberesi semua perlengkapan yang kubawa.

Saat. makan malam aku dan Putri saling cerita pengalaman masing-masing, terutama yang lucu. Aku cerita tentang kejadian menggelikan saat training, sedangkan Putri cerita tentang kelucuan-kelucuan anak kami. Setelah makan kami membereskan ruang makan dan setelah itu aku nongkrong di ruang tengah untuk nonton TV, sementara Putri mencuci piring. Setelah itu ia bergabung denganku di ruang tengah. Di situ kami melanjutkan obrolan disertai tawa renyah kami berdua saat yang mengobrolkan hal-hal lucu.

Sebenarnya aku sudah kangen banget dengan tubuh Putri, tapi aku masih ingin bercerita dan melepas rindu dan sepertinya istriku juga sama sepertiku. Tapi ketika perutku sudah tak begitu terlalu kenyang aku tak bisa lagi menahan gairahku, kutarik pinggang Putri dan kuciumi bibirnya dengan lembut yang langsung ditanggapi olehnya. Tanganku pun sudah gatal dan langsung menggerayangi tubuh Putri yang berbalut daster pink. Jemariku bisa merasakan kalau dia tak pakai BH dan celana dalam. Sungguh istri yang baik dan pengertian, mempersiapkan dirinya untukku.

"Mas, pindah ke kamar aja yuk. Aku juga dah kangen banget sama Mas", kata Putri dengan nada mesra.

"Ya udah, aku matiin tv dulu. Pintu sama jendela dah dikunci semua belum?" tanyaku.

"Udah semua kok, Mas. cuman punyaku aja yang udah siap dibuka" godanya.

"Awas ya... tak bikin lemes..", candaku.

"Ih...mau...", balasnya.

Setelah menutup pintu kamar aku sudah tak tahan lagi, Istriku langsung kurebahkan di tempat tidur dan kutelanjangi. Kuhisap semua ludahnya dan keberi cupangan pada leher dan dadanya, sambil terus menghisapi putingnya. Aku pun bergegas menelanjangi diriku juga untuk kemudian menyergap vegy Putri yang begitu menggairahkan di pandang mata. Aku melakukan oral padanya hanya sebentar karena kulihat vegy-nya sudah cukup basah.

"Mas, langsung masukin aja aku dah kepingin banget ...", desahnya.

Tanpa dikomando dua kali aku beranjak ke atas tubuhnya dan langsung mengarahkan batangku menuju lubang vegy-nya dengan tanganku. Anehnya saat itu kurasakan ada yang beda. Sepertinya vegy Putri lebih sempit dari 2 bulan yang lalu. Kupikir mungkin gara-gara lama tak dipakai, sehingga vegy-nya menyempit. Tampaknya Putri juga merasakan hal yang sama. Kulihat ia agak meringis, entah kesakitan, entah keenakan.

"Ada apa sayang?", tanyaku.sambil mengusap rambutnya.

"Kok kayaknya ada yang berubah sama punyamu, Mas?", tutur Putri dengan ekspresi keheranan.

"Batangnya kok jadi kayak gede banget, terus keras banget kayaknya di dalem …" lanjutnya.

"Mungkin karena 2 bulan gak kemasukan batangku, punyamu jadi nyempit" jelasku.

"Coba keluarin dulu, Mas. aku mau liat", pintanya.

Pelan-pelan kucabut lagi batangku dari liang vegy Putri dan aku duduk bersandar di dinding tempat tidur. Tampaknya ia tak yakin kalau vegy-nya menyempit hanya dalam waktu dua bulan. Putri memegang dan mengamati batangku, seolah-olah ada yang aneh dengan organ intimku itu. Sesaat kemudian ia seperti terkaget-kaget, padahal menurutku tak ada yang aneh sama sekali. Mungkin karena aku sering melihatnya, jadi tak begitu mengetahui perkembangannya. Apalagi sebelum dan sesudah melakukan terapi aku tak pernah mengukur batangku seperti anjuran dalam e-book itu.

"Mas, perasaan batangmu kok tambah gedek, mana keras banget lagi" kata Putri sambil mennggenggam batangku.

"Mungkin perasaanmu aja", jawabku sekenanya.

"Nih coba perhatiin. Dulu kalau batangmu kupegang dari pangkalnya satu genggam aja cukup walaupun kepalanya masih nongol. Lah sekarang ini tanganku dah kanan-kiri ngenggam dari pangkalnya kepalanya masih nongol juga", jelas istriku.

"Bener juga ya?", ujarku tak kalah heran.

"Nih, batangnya mas ini sekarang keras banget. Itu kerasa banget kayak ada batu di dalemnya. Mana kepalanya kok juga nambah gede kayak jamur gini sih?" lanjutnya masih dengan ekspresi keheranan.

"Emang mama gak enak kalau tambah gede? Gak seneng ya?"

"Hehehe...seneng banget, Mas... Tapi kok bisa jadi nambah gede gini sih?"

"Kemaren selama di training aku coba-coba terapi untuk gedein punyaku ini. Barangkali emang berhasil karena kata kamu emang makin gede. tapi kok aku ngerasa masih gitu-gitu aja ya?"

"Ye... Aku ‘kan yang dimasukin, jadi ya ngerasa beda lah. Walaupun dah 2 bulan punyaku juga masih ingetlah dengan punyamu, mas".

Aku tak lagi sempat menjawab karena Putri tiba-tiba mengulum batangku walaupun memang tak semua batangku masuk seperti 2 bulan sebelumnya yang bisa masuk semua kedalam mulutnya. Selain itu ada sedikit perubahan, karena kalau batangku sudah dimasukkan ke dalam vegy-nya ia gak pernah mau memasukkannya lagi ke dalam mulutnya. Mungkin karena risi dengan cairannya sendiri yang menempel di batangku. Jadi kubiarkan saja Putri menyalurkan kangennya untuk mengulum batangku sepuasnya yang sudah lebih besar dari 2 bulan sebelumnya.

Kupandangi Putri yang sibuk memainkan batangku keluar-masuk dalam mulutnya sambil satu tangannya meremas-remas “buahku” dan satu lagi seperti sedang mengocok sebagian batangku yang tak masuk dalam mulutnya. Beberapa saat kemudian Putri naik ke pangkuanku sambil mengarahkan batangku untuk memasuki vegy-nya yang sempit itu. Ia kemudian bergoyang seperti memutar-mutar pantatnya sampai seperti batangku mengaduk-aduk vegy-nya. Luar biasa sekali gerakannya karena tak biasanya ia sedahyat ini ketika menggoyang batangku. Suara erangannya seperti tak dihiraukan walaupun dia terkadang seperti menahan suaranya, tapi masih saja kadang-kadang kelepasan.

Mungkin karena terlalu ganas, tak sampai 5 menit Putri sudah mengejang dengan liang vegy-nya yang berkedut-kedut dengan kuat seperti vacum cleaner. Ia rebahkan tubuhnya di dadaku dengan lunglai dan terengah-engah. Saat kedutan-kedutannya sudah mereda kutelentangkan Putri dengan batangku yang masih tetap bersarang di dalam vegy nikmatnya. Tiba giliranku untuk memompanya. Ketika kupompa dengan pelan tapi lebih menekan ke dalam kurasakan kepala batangku seperti mentok di dalam sana. Entah apakah Putri merasakannya juga atau tidak, tapi ketika kutekan sampai mentok kulihat ia menengadahkan kepalanya sambil kedua telapak tangannya meremas bantal, persis seperti ekspresi bintang porno yang merasakan batang pemain yang besar.

Aku terus saja memompa dan memompa, tapi belum kurasakan tanda-tanda kalau aku akan segera selesai. Malah istriku memelukku dengan erat sebagai tanda kalau dia sedang menjelang orgasmenya. Kembali kurasakan sedotan-sedotan dari vegy Putri itu. Nikmat sekali. Rasaanya batangku seperti disedot-sedot ke dalam oleh vegy-nya. Kalau sudah begini biasanya aku segera ikut orgasme, tapi saat itu kok belum kurasakan sama sekali tanda-tanda kalau aku akan klimaks. Putri sampai ngos-ngosan seperti baru lari dikejar orang sekampung.

"Mas, kamu kok belum keluar sih?", katanya dengan nafas memburu.

"Gak tau nih. Kok aku belum berasa mau keluar. Terusin lagi yah?".

"Iya deh. Bantu aku nungging, Mas. Biar tambah sempit, biar mas cepet keluar".

Aku pun membantu Putri menungging dengan kepalanya tetap di atas bantal. Sekali lagi kupompa vegy Putri dengan genjotan yang cetar membahana. Walaupun kurasakan vegy-nya sangat sempit, tapi karena dia sudah dua kali keluar, jadinya licin, sehingga genjotanku berjalan dengan lancar jaya. Putri nungging dengan kedua kakinya yang merapat erat, sementara tanganku berpegang di pinggangnya untuk membantuku memompa Biasanya kalau dikasih jepitan gaya ini aku akan segera keluar dan aku juga berharap begitu, karena aku kasihan pada Putri yang kelihatan sudah lemas sekali.

Suara tepukan tubuh kami tak lagi kami hiraukan. Bahkan istriku tak lagi mampu berteriak, mungkin karena sudah terlalu lemas. Ia hanya sesekali mengerang ketika kutancapkan dalam-dalam batangku pada vegy-nya. Aku mempercepat pompaanku, hingga suara tepukan yang timbul semakin sering terdengar, bersahut-sahutan dengan desah dan erangan kami. Dengan gaya ini cukup memberikan nikmat yang maksimal untuk batangku, tapi sayangnya ketika aku sedang konsentrasi untuk klimaks ternyata istriku sudah menduluiku. Erangannya panjang dan kontraksi vegy-nya juga kuat sekali, sampai aku ikut mengerang merasakannya.

Tak kuhiraukan orgasme istriku, karena aku merasakan akan segera keluar juga. Kugenjot terus vegy Putri dengan cepat, hingga istriku seperti meraung-raung. Aku berkonsentrasi agar nikmatnya vegy istriku yang sedang berkontraksi dapat membuatku menyusul klimaksnya. Pompaanku makin cepat dan tanpa henti di vegy-nya yang terus menimbulkan suara tepukan dan kecipak cairan Putri yang sudah banjir.

Badanku mengejang bersamaan dengan kencangnya pompaan-pompaanku dan kurasakan semakin dekat dan semakin dekat. Sayangnya kembali tubuh istriku meregang akibat orgasmenya yang diikuti dengan kontraksi vegy-nya. Saat itulah aku mengalami ejakulasi. Spermaku terasa menyembur sangat kuat sekali dan banyak, hingga cukup lama aku mengejang bersama-sama istriku yang langsung telungkup di tempat tidur.

Aku masih bersimpuh di atas tubuh Putri dengan rasa nikmat yang luar biasa. Melelahkan sekali, tapi sensasional. Aku benar-benar puas. Pelan-pelan aku beringsut, lalu kubaringkan tubuhku di samping Putri. Herannya, ternyata ia sudah tidur pulas. Aku hanya tersenyum melihatnya. Kukecup punggungnya, lalu kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami.

Ketika pagi harinya aku sedang bersantai ditemani Putri sambil menikmati pisang goreng dan kopi hangat buatannya, kami ngobrol tentang apapun dan tentang kejadian malam itu.

"Kira-kira punyaku mau di gedein lagi gak ya?", tanyaku.

"Waduh, Mas. Punyamu segede itu aja aku udah kuwalahan, apalagi mau digedein lagi. Emang punyamu mau dimasukin ke mana? Punyaku segitu aja udah kuwalahan", protesnya.

"Kirain kurang gede. Ya nanti aku terapi lagi …", kataku iseng.

"Ampun deh! Semalem aja aku hampir pingsan!!!", Putri memelototiku.

Walaupun sebelumnya aku dan Putri sudah bahagia, tapi dengan bertambahnya ukuran batangku, aku merasa sangat senang dan bahagia bisa memaksimalkan kebahagiaan kami berdua, khususnya dalam hal nafkah rohani. Dan semoga keluarga kami selalu dapat menjalani hidup dengan damai dan bahagia, baik di ranjang maupun di kehidupan ekonomi kami. Amin. [Putra (nama samaran), 29 tahun, Banten] 
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar