Kisah Nyata Cerita Dewasa Dengan Pembokatku
Cerita Dewasa ini adalah Pengalaman Sex Kisah Nyata Cerita Dewasa Dengan Pembokatku merupakan pengalaman sex yang sangat susah untuk di lupakan. Cerita sex kali ini berdasarkan pengalaman dari pengirim cerita yang tidak mau di sebutkan nama nya , untuk menghormati itu kami menggunakan nama palsu dalam Cerita 17+ kali ini.Untuk itu silahkan langsung di simak cerita nya :
Namaku Toni, umur 31 tahun tapi di umur 30 aku sudah menduda dengan meninggalkan anak berumur 5 tahun. Jadi pada tahun 2000 aku mengalami konflik rumah tangga yang tidak bisa diselesaikan lagi selain di meja hijau, perceraianku dengan istriku meninggalkan banyak masalah dan membuat perubahan besar dalam hidupku antara lain, anak, rumah, hubungan dengan orang tua dan lain-lain, salah satunya adalah nasib pembantuku, Titi yang sudah bekerja mengasuh anakku selama 2 tahun.
Titi adalah sosok gadis desa yang polos. 2 tahun lalu dia aku jemput dari bilangan Serang. Umurnya pada saat baru kerja denganku baru 17 tahun dimana dia baru tamat SMP dan tidak mampu lagi untuk meneruskan sekolah karena kondisi keluarganya yang sangat memprihatinkan. Di usianya yang masih belia dia harus menghidupkan keluarganya dan adik-adiknya. Selama kerja di tempatku dia diperlakukan dengan sangat baik dan sudah kuanggap keluargaku sendiri dan dia pun bekerja sangat rajin dan penuh perhatian dengan anakku. Cerita Sex 2016
Namun konflik rumah tanggaku mempengaruhi nasib Titi yang sangat menggatungkan hidupnya dengan keluargaku. Malam itu disaat istriku minggat dari rumah, dia datang kepadaku duduk di lantai menundukkan kepalanya sambil menangis, di tangangya menggenggam sebuah tas besar seperti siap-siap mau pergi jauh sambil menangis dia berkata.
“Pak Titi pamit, tapi Titi bingung mau kemana Titi enggak enak dengan keadaan di rumah ini”
Lalu aku berusaha menahannya untuk tidak pergi malam itu.
“Tis Ibu sudah pergi dan saya cerai bukan berarti saya mengusir kamu, kamu mau pergi kemana? Malam malam gini bahaya dijalan”
“Dan kamu pikirkan dengan keluarga kamu kalau kamu tidak bekerja”. Kemudian Titi kelihatannya mau mengerti dan dia berjalan kembali ke kamarnya.
Keesokan harinya dia mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, manyapu, mengepel dan lain-lain. Sedangkan aku disibukkan dengan masalah rumah tangga yang lagi berantakan.
6 bulan berselang aku hidup di rumah sendirian dan ditemani Titi yang membantu mengurusi rumah. Aku stress menghadapi masalah perceraianku tapi untungnya Titi gadis polos itu baik sekali, apa apa yang bisanya di siapkan oleh istriku dia kerjakan seperti menawarkan sarapan, membuatkan kopi, menyiapkan pakaian. Aku terharu sekali dengan keadaanku dimana disaat Aku kehilangan seseorang, tapi aku mendapatkan perhatian dari seseorng yang sebelumnya tidak pernah kuduga yaitu Titi gadis polos yang baik sekali.
Lalu aku juga membalas kebaikannya dengan memenuhi segala kebutuhannya. Aku jadi sering pergi bareng untuk belanja kebutuhan sehari hari sekaligus membelikan pakaian yang layak untuknya, namun Titi tetap menjaga kesopanan dan menjaga jarak antara seorang pembantu dan majikannya.
Kalau pergi pun dia selalu duduk di belakang.
Malam itu sepulang aku pergi berbelanja dengan dia, hujan deras sekali dan kita harus berlari kehujanan untuk menurunkan barang dari mobil. Dan setelah selesai kami berdua bergegas ke dapur untuk merapihkan barang tersebut. Dengan tubuh yang basah kuyup Titi menyodorkan handuk kering kepadaku.
“Pak badannya dikeringin dulu nanti sakit”.
Aku terharu sekali dengan perhatiannya, sudah lama aku haus akan kasih sayang seperti itu. Aku terima handuk tersebut sambil memandangi wajah cantiknya yang basah. Air diwajahnya menambah kecatikan polos wajahnya apalagi diterangi oleh lampu dapur yang kekuning kuningan, kemudian dengan handuk yang diberikannya aku seka wajahnya.
“Kamu saja Tis, aku enggak mau kamu sakit, aku sayang sama kamu Tis”
Dia tekejut sekali dan menunduk”Bapak apa-apaan sih? Titi kan pembantu”
“Enggak Tis kamu seperti gadis yang lain, kamu cantik sekali”.
Kemudian kupeluk tubuhnya yang pendek dan sintal itu. Kepalanya tepat berada di dadaku. Pada saat kupeluk dia mengencangkan badannya seolah menolak, tapi melemah seolah menerima.
“Pak jangan pak.. Titi takut”.
Kuusap keningnya yang basah dan kukecup jidatnya yang halus.
“Tapi apa aku salah kalau aku sayang sama kamu Tis?”
Tubuh Titi seperi lemas tanpa daya, bibirku terus merayap ke mata terus ke hidungnya seolah menyapu wajahnya yang halus dan putih. Suaranya yang halus dan mendesah terus mengucapkan.
“Titi takut pak, Titi takut”.
Namun gerak tubuhku terus menggeliat di tubuhnya.
“Tenang Tis Kamu aman bersama aku”.
Lalu kuhinggapkan bibirku di di bibirnya yang tebal, kuhisap lembut bibir bawahnya, sembari aku mainkan lidahku di mulutnya. Terasa di balik buah dadanya yang montok itu detak jantungnya yang berdegup kencang. Sambil terus berpelukan dan berciuman kami melangkah kecil menuju ruang tengah dekat dapur dan kududukan dia di sofa. Kuberanikan tangan kanan menelusup ke balik kausnya yang basah tersebut dan kususupkan jari jemariku ke pangkal buah dadanya yang halus sampai berputar putar di sekitar aerolanya. Suara Titi semakin melemah.
“Pak.. Pak Toni mmhh”..
Titi berusaha melipat badannya agar aku sulit meraih buah dadanya, Tapi Titi tidak berdaya. Begitupun ketika tangan kiriku menelusup ke dalam selangkanya melalui rok panjangnya yang tersingkap ke atas dia berusaha menutup pahanya rapat-rapat, tapi akhirnya melemah ketika jari tengahku berhasil menyentuh celah kemaluanya yang beTisdir dibalik celana dalamnya yang kumal, kini tidak ada kata-kata lain yang terucap dibalik desahannya selain.
“Pak Toni mmhh.. Pak.. Pak”.
Sekarang intensitasku berpusat di kemaluannya, kumainkan clitorisnya dengan gerakan berputar dan sedikit menekan, cairan Tisdir terus mengalir dari kemaluan Titi sampai ke liang duburnya. Memang benar kata orang, kalau wajahnya putih kemaluannya cepat basah. Ketika jari tengahku mulai menyusup ke liang kemaluannya Titi menahan tanganku sembari berkata.
“Pak Titi masih perawan jangan ya pak”.
Kuhormati permintaannya. Dilain pihak kugantikan peran tanganku yang di dada dengan mulut, kubuka kaus putihnya yang tinggal hanya BH kumal yang sudah kukendorkan. Kumainkan lidahku di sekitar puting dan arolanya, Titi semakin menggelinjang tanpa bisa di kontrol lagi, desahannya berubah menjadi erangan-erangan halus.
“Aaarghh..! Arrghh”
wajahnya yang putih polos berubah menjadi merah seperti udang rebus. Dan di tangan kiriku kemaluannya menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Di telinganya kubisikan.
“Tis aku sayang sama kamu, kalau kamu mengijinkan aku untuk memberikan kebahagiaan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya aku akan memberikannya.. Tapi aku tidak mau memaksakan kamu, karena aku tidak mau menyakiti kamu”.
Mata polos Titi berbinar sambil memandang ke arah mataku.
“Nikahi Titi ya pak, Titi mau memberikan ini untuk bapak” sambil menuntun tangan kiriku ke arah kemaluannya.
Dari sofa Titi kugendong ke kamar dimana sudah lama tempat tidur itu dingin setelah perceraianku. Di tempat tidur itu kutanggalkan seluruh pakaiannya sehingga yang tersisa hanya tubuh bogelnya yang putih. Begitu pun aku menanggalkan pakaianku tanpa sehelai benang pun.
Aku mulai permainan dari awal dengan menciumi wajahnya, kemudian lehernya.. Kutanamkan kepercayaan kalau aku sayang sama dia. Sambil mengusap keningnya kuciumi putingnya, pelan-pelan kuhisap puting susunya yang bulat dan kemerahan. Tangan kiriku memainkan clitorisnya yang basah. Tubuh Titi menggelinjang kuat sembari mendesah manja.
“Aaah Pak aahh mm aah”.
Setelah puas bergumul dengan buah dadanya bibir gua terus merayap ke bawah.. Dan hinggap di belantara bulu kemaluannya yang halus. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar sampai terlihat celah kemaluan yang memerah dan berlendir, kusapukan Tisdir yang membasai mulai dari celah dubur ke atas sampai ke clitoris dengan lidahku. Kumainkan biji clitorisnya dengan lidahku dengan gerakan memutar dan memijat, Lani gadis polos itu berubah menjadi macan betina dia mengelinjang hebat disertai jeritan-jeritan manja ketika bibirku mengigit pelan clitorisnya. Kedua pahanya terasa keras menjepit kepalaku, sembari memekikan erangan.
“Pak! Aaacgghaahh aagghh pak, Titi kenapa nihh rasanya ada yang mau keluar aggrrggh.. Titi sudah enggak kuat mau ngeluarin pak!!”
Kemudian jepitannya melemah sambari menggeliat keringat birahi disekujur tubuhnya membuat tubuhnya menjadi seperti berminyak. Rupanya dia mengalami klimaks untuk pertama kalinya, kemudian kuciumi wajahnya yang berkeringat tersebut.
“Kamu bahagia Tis?”
Matanya berkaca tapi mengangguk.
“Kamu akan mendapatkan kenikmatan yang lebih dari ini Tis”
Sembari kuarahkan penisku ke liang kemaluannya, terasa degup jantungnya bertambah keras ketika kepala penisku menyentuh bibir bagian dalam kemaluannya.
“Pak jangan!” dia bergumam
“Tenang sayang enggak sakit kok”.
Sedikit demi sedikit kepala penisku desapkan ke liang kemaluanya, Titi sedikit meringis disertai desahan manjanya, lama juga kutekan-tekan penisku di liang kemaluannya, agak susah ditembus karena bibir kemaluan bagian dalamnya cukup tebal. Setelah perjuangan yang cukup lama akhirnya baru kepala penisku yang masuk, aku kemudian memeluk tubuhnya erat sembari membisikkan.
“Maaf ya sayang ini agak sakit, masalahnya kamu masih perawan”
“Pak Titi sayang sama bapak”.
Kemudian Sleep! kudorong kuat penisku diserai jeritan halus Titi
“Aaahh!!”
Dari kemaluanya mengalir Tisdir disertai darah segar yang kemudian menodai sprei.
“Makasih ya sayang” kubisikan ke telinga Titi.
Kemudian gerakan kulanjutkan naik turun seirama dengan erangan Titi, agghh Pak aagghh! Tubuh
Titi menggeliat liar mengikuti gerak pinggul, gerakan semakin cepat naik turun semakin kupercepat seiring dengan kenikmatan yang kurasakan. Ketika pinggulnya menarik kebawah terasa sekali bibir kemaluannya seperti menyedot penisku, akupun mengerang kenikmatan. Sudah tidak terasa sudah 10 menit tubuhku dan tubuh Titi berpacu untuk mendapatkan puncak kenikmatan, kami berdua saling menekan kemaluan kita masing masing, ketika gerakan naik turun kugantikan dengan gerakan memutar sambil menekan keras penisku ke arah atas, Titi menjerit keras.
“Aagghhk!! Titi sudah enggak kuat paakk!! aaggkkhh!”
Sembari memeluk tubuhku erat erat diiringi kemaluannya terasa berdenyut,”Titi puas Pak Titi puas!”
“Aku juga mau keluar Tiiisss!!” Aku tekan penis kuat-kuat di kemaluannya sembari menyemburkan sperma hangat di kemluannya”Sayaang!!”.
Lalu dengan tubuh yang dilumuri keringat birahi kami berdua berpelukan, dan berciuman. Titi menangis dia menyesal sekali, aku pun menyesal telah menodai wanita yang baik sekali. Isak tangisnya terus menerus sampai akhirnya kami berdua tertidur berpelukan.
Jam tiga pagi malam yang sama aku terbangun menatap tubuh Titi yang terkulai, kubisikan kata-kata cinta di telinganya.
“Tis Aku mencintaimu dan ingin menikahimu”.
Kucium bibirnya, belum lagi kering air matanya kucium leher dan dadanya, rupanya aku terangsang lagi. Kedua pahanya yang putih kuangkat dan kubengkek ke atas tanpa basa basi langsung kudesapkan penisku yang tegang lagi ke liang kemaluannya. Titi terbangun dan terkejut tanpa basa-basi telebih dahulu kumainkan irama keras lagi di kemaluannya dia hanya bisa menjerit kenikmatan.
“Agghh agghh bapak kok enggak bilang-bilang oohh oohh, vagina Titi sakit pak!”
Tapi lama kelamaan Titi merasakan kenikmatan dari setiap gesekan penisku.
“Terus Pak.. Terus agghh terus Pak Toni”
Terus kubalik badan Titi menjadi dia di atas.
“Coba kamu Tis yang gerak”
Titi duduk tepat diatas pinggulku, dengan sedikit kikuk dia berusaha menggerakan pinggulnya.
“Aghh.. Eaghh Titi enggak kuat Pak ngilu di memek Titi”.
Memang dengan posisi dia di atas tekanan penisku di clitorisnya semakin kencang. Lalu kubantu menggerakkan pinggulnya dengan tanganku.
“Terus sayang gerakin”
Titi merajuk manja,”Ahh Pak ngilu”
Aku enggak hiraukan rajukannya sekarang kubantu gerakan pinggulku ke atas dan kebawah, Titi terus mengerang kuat, tapi lama kelamaan dia bisa menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang, sambil kadang kadang menjerit..
“Terus sayang terus” aku bergumam Titi sudah pinter sekarang, Gerakan Titi semakin hebat dan menekan semakin kuat..
“Titi sudah hampir Pakk!”
“Sudah sayang keluarin aja”
Titi kemudian memelukku erat-erat sembari menjerit.
“Ooohh! Aaagghh!! Titi keluar pak..”
“Gantian aku yaa!”
Kemudian dengan cepat, tanpa melepaskan penis di kemaluannya kubalik, sekarang badanku di atas dan kedua kaki pendek Titi melingkar di dadaku, kumainkan lagi gerakan naik turun, kurojok-rojok kemaluannya selama beberapa menit, keras terdengar suara ciplakan air yang membanjiri kemaluan Titi, terus kutekan sekuat kuatnya vagina Titi dan.
“Titi aku keluar lagii Tis..”
“Paakk Titi jugaa agghh!”
Kemudian kami berdua lemas tertidur dengan raut wajah penuh kepuasan. Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah bagi kami berdua. Dan sejak itu kami menjadi tidak canggung untuk melakukannya dan akhirnya barang dan baju Titi pindah ke kamarku.
Bagaimana Dengan Cerita Nya? Menarik Bukan Karena Di Sini Kita Bisa Ikut Merasakan Rasa Nya Melalui Cerita Dewasa Nya Ini.Oleh Karena Ini Jangan Lupa Untuk Di Simak Cerita Hot Lainnya Di Bawah Ini :
0 komentar:
Posting Komentar